Perusahaan Jasa Konstruksi KAB. BUTON : Kontraktor & Konsultan di KAB. BUTON

FILTER BY

Tour Type

Duration

Kab. Buton
CV. BAHARI RAYA
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. CAHAYA LAMENA
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. FUNGKA GROUP
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. CINDY JAYA PUTRI
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. ADIL JAYA
Grade: K
Asosiasi : Gamana Krida Bhakti (GAPENSI)
Kab. Buton
CV. REZKY MULIA ABADI
Grade: K3
Asosiasi : GAPEKSINDO
Kab. Buton
CV. WELIA RAYA
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
PT. SUMBER HASIL UTAMA
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. SAU SUMANGKA
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
Kab. Buton
CV. FAI'ZAH FITRAH
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
CV. SUKSES ABADI
Grade:
Asosiasi :
Kab. Buton
PT. KONDILI KARYA GRUP
Grade: M1
Asosiasi : GABPEKSI
Kab. Buton
CV. AKBAR RAHMAN MANDIRI
Grade: K1
Asosiasi : APAKSINDO
Kab. Buton
CV. SAMSAR CONSULTANT
Grade: K
Asosiasi : Lembaga Sertifikasi INKINDO
Kab. Buton
CV. DRAFT CONSULTANT
Grade: K
Asosiasi : PT SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSULTANSI (PERKINDO)
Kab. Buton
CV. PUTRA MARWAN JAYA
Grade: K3
Asosiasi : GAPEKSINDO
Kab. Buton
CV. ROSHAND MEGAH MAKMUR
Grade: K1
Asosiasi : GABPEKSI
indokontraktor.com loader
Showing 37 - 54 of 161

Tentang KAB. BUTON

logo KAB. BUTON

Kabupaten Buton adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kabupaten Buton terletak di Pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Sulawesi, yang menjadikannya pulau ke-130 terbesar di dunia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Pasarwajo. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.213,00 km² dan pada tahun 2020 berpenduduk sebanyak 119.185 jiwa. Kabupaten Buton terkenal sebagai penghasil aspal terbesar di Indonesia.

Nama Buton berasal dari nama sejenis pohon, yaitu pohon butun (Barringtonia asiatica). Pohon butun tumbuh secara bebas di kawasan pelabuhan, pelayaran dan perdagangan yang berada di pesisir selatan Pulau Buton. Pohon butun banyak digunakan oleh masyarakat Buton pada tradisi membuat upacara yang dikenal sebagai kaepeta. Masyarakat setempat menggunakan daun pohon butun sebagai pengganti piring untuk makan dalam upacara tersebut. Daun pohon butun digunakan pula sebagai bahan dasar membuat ketupat yang seukuran buah butun oleh masyarakat setempat. Penamaan Buton merupakan penyerapan bahasa Melayu dari kosakata butun. Sumber-sumber historiografi lokal Buton mendukung asal-usul nama Buton dengan menyatakan bahwa Kerajaan Buton didirikan oleh empat orang imigran yang berasal dari kawasan Johor yang merupakan wilayah suku Melayu.

Pada awalnya Kabupaten Buton dengan ibu kota Baubau memiliki wilayah pemerintahan adalah bekas kerajaan Buton atau Kesultanan Buton, yaitu meliputi sebagian wilayah pulau Buton, sebagian wilayah pulau Muna, sedikit bagian pulau Sulawesi serta pulau-pulau yang ada di bagian selatan pulau Buton. Sekarang dengan adanya pemekaran daerah, wilayah itu terbagi menjadi beberapa wilayah kabupaten, yaitu:

Dari keenam kabupaten/kota tersebut, yang berada pada pulau Buton adalah Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan sebagian besar wilayah Kabupaten Buton Selatan. Kabupaten Buton Tengah terletak di sebagian besar selatan Pulau Muna dan sebagian kecil Pulau Kabaena. Untuk Kabupaten Wakatobi adalah merupakan kepulauan yang berada pada bagian tenggara Pulau Buton, sedangkan kabupaten Bombana terletak di barat daya daratan Sulawesi dan sebagian besar Pulau Kabaena.

Kabupaten Buton memiliki wilayah daratan seluas ± 2.488,71 km² atau 248.871 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 21.054 km², berbatasan dengan:

Kabupaten Buton memiliki sungai–sungai, yaitu: Sungai Sampolawa di Kecamatan Sampolawa, Sungai Winto dan Tondo di Kecamata Pasar Wajo, Sungai Malaoge, Tokulo dan Sungai Wolowa di Kecamatan Lasalimu.

Permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah ada juga yang bisa digunakan untuk usaha yang sebagian besar berada pada ketinggian 100–500 m di atas permukaan laut, kemiringan tanahnya mencapai 40º.

Dari sudut oceanagrafi memiliki perairan laut yang masih luas, yaitu diperkirakan sekitar 21.054.69 km² setelah berpisah dengan Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Bombana. Wilayah perairan tersebut sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping hasil ikan dan hasil laut lainnya, juga memiliki panorama laut yang sangat indah yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia.

Keadaan iklim di Wilayah Kabupaten Buton hampir tidak berbeda dengan iklim yang ada di Kota Baubau, pengukuran iklim yang ada hanya di Stasion Meteorologi Kls III Betoambari.

Musim hujan terjadi di antara bulan Desember sampai dengan bulan April. Pada saat tersebut, angin barat betiup dari Benua Asia serta Lautan Pasifik banyak mengandung uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan September, pada bulan-bulan tersebut angin timur yang bertiup dari Benua Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan April dan Mei di Daerah Kabupaten Buton arah angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan, sehingga pada bulan-bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.

Bupati hasil Pilkada Buton tahun 2012 adalah Samsu Umar Abdul Samiun,SH dan Wakil Bupati adalah Drs. La Bakrie, M.si menggantikan Ir. L.M Syafe'i Kahar.

Komposisi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Buton hasil Pemilu 2004 berdasarkan partai peserta pemilu dan daerah pemilihan di mana Partai Golkar mendapat kursi terbanyak dengan 6 kursi disusul oleh PBB, PPP, PAN, PNBK dan PDIP dengan 3 kursi, selanjutnya PK Sejahtera dan PBR masing-masing dengan 2 kursi dan PKPI, PKPB, P. Indonesia, PDK dan PKB masing-masing 1 kursi dari total 30 kursi di DPRD Kabupaten Buton.

Kabupaten Buton terdiri dari 7 kecamatan, 12 kelurahan dan 83 desa dengan luas wilayah 1.212,99 km² dan jumlah penduduk sebesar 114.596 jiwa (2017) dengan sebaran penduduk 95 jiwa/km².

Pada tanggal 24 Juni 2014, sesuai UU no.15 tahun 2014, Kabupaten Buton dimekarkan menjadi tiga kabupaten yakni; kabupaten Buton, Buton Selatan dan Buton Tengah.

Kabupaten Buton Selatan terdiri dari kecamatan-kecamatan berikut: Batauga, Sampolawa, Siompu, Siompu Barat, Kadatua, Batu Atas dan Lapandewa. Ibu kota kabupaten ini yaitu Batauga.

Kabupaten Buton Tengah terdiri dari kecamatan-kecamatan berikut: Lakudo, Gu, Sangiawambulu, Mawasangka, Mawasangka Tengah, Mawasangka Timur dan Talaga Raya. Ibu kota kabupaten ini yaitu Labungkari.

Jumlah desa/kelurahan keadaan tahun 2004 adalah 207 desa/kelurahan yang terdiri dari 183 desa dan 24 kelurahan. Menurut klasifikasi desa/kelurahan, dari 183 desa/kelurahan di Kabupaten Buton pada tahun 2004 ada sebanyak 144 desa (87,27%) merupakan desa swadaya dan sisanya 21 desa (12,73%) merupakan desa swakarya.

Penduduk Kabupaten Buton menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2020 berjumlah 119.185 jiwa, di mana penduduk laki-laki berjumlah 60.348 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 58.837 jiwa.

Keadaan struktur umur penduduk menujukkan bahwa pada tahun 2004 sebesar 41,04% atau sebesar 109.045 jiwa, penduduk adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun ke bawah.

Di Kabupaten Buton pada tahun 2004 tercatat sebanyak 192.426 jiwa penduduk yang termasuk dalam penduduk usia kerja yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 94,196 jiwa atau 48,94% dan penduduk perempuan sebanyak 98.266 jiwa atau 51,06%.

Jumlah penduduk yang kerja ada sebanyak 102.090 jiwa atau sebesar 88,16% dari total penduduk angkatan kerja, dapat juga dikatakan sebesar 53,04% terhadap penduduk usia kerja, sedangkan penduduk yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 13.710 jiwa atau sebesar 11,84% dari total angkatan kerja dan 7,12% terhadap penduduk usia kerja.

Pada tahun 2003 jumlah sekolah TK ada sebanyak 57 unit dan tahun 2004 meningkat menjadi sebanyak 69 unit sekolah. Jumlah guru juga mengalami peningkatan, tahun 2003 sebanyak 155 orang dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 197 orang. Jumlah murid tahun 2003 sebanyak 2.402 orang dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 3.007 murid.

Perkembangan jumlah Sekolah Dasar dari tahun 2003 hingga tahun 2004 terus mengalami kenaikan, yaitu dari 224 unit sekolah. Walaupun demikian jumlah guru dan murid tidak selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2003, jumlah guru dan murid masing-masing 1.745 orang dan 45.935 orang. Namun pada tahun 2004 jumlah guru dan murid SD menurun menjadi masing-masing 1.518 orang dan 41.758 orang. ( Kec. Batauga 13 SD, Kec. Batuatas 5 SD, Kec. Lapandewa 7 SD, Kec. Sampolawa 16 SD, Kec Siompu 10 SD, Kec. Siompu Barat 7 SD dan Kec. Kadatua 8 SD )

Untuk jenjang Pendidikan SLTP pada tahun 2003 jumlah SLTP ada sebanyak 43 unit, namun pada tahun 2004 menurun menjadi 35 buah sekolah. Untuk jumlah guru pada tahun 2003 sebanyak 860 orang, namun pada tahun 2004, menurun menjadi hanya sebanyak 688 orang. Jumlah murid juga mengalami hal serupa, pada tahun 2003 sebanyak 13.062 orang, namun pada tahun 2004 menurun menjadi hanya sebesar 11.635 orang.

Dari jenjang SLTA tahun 2003 jumlah sekolah ada sebanyak 12 unit sekolah, pada tahun 2004 meningkat menjadi 15 unit sekolah. Jumlah guru tahun 2003 sebanyak 260 orang dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 308 orang. Jumlah murid tahun 2003 sebanyak 3.693 orang sedangkan tahun 2004 meningkat menjadi 4.121 orang. Rasio guru terhadap sekolah pada tahun 2004 sebanyak 21 orang. Angka ini menurun jika dibandingkan tahun 2003 yang rata-rata sebanyak 22 orang. Rasio murid terhadap sekolah tahun 2004 sebanyak 308 orang dan rasio murid terhadap guru sebanyak 13 orang.

MBerdasarkan data DUKCAPIL tahun 2020, mayoritas penduduk di kabupaten Buton memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 117.234 jiwa atau 98,36%. Selebihnya memeluk agama Hindu sebanyak 1.554 jiwa atau sebesar 1,30%, kemudian Kristen 0,34%, dimana Protestan 0,24% dan Katolik 0,10%. Pada tahun 2004 terdapat 260 unit masjid, 22 langgar/mushola, 8 unit gereja dan 11 unit pura.

Mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2010.

Dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Buton, 42,08% digunakan untuk usaha pertanian. Paling luas ditanami jagung, yaitu seluas 7.453 ha, kemudian ubi kayu seluas 4.206 ha dan padi ladang seluas 2.732 ha. Sedangkan luas tanaman yang paling kecil adalah tanaman kacang kedelai.

Pada tahun 2004 produksi buah-buahan yang terbanyak dihasilkan oleh mangga, yaitu sebanyak 13.721 kw diikuti pepaya sebanyak 7.619 kw dan nenas sebanyak 5.329 kw. Produksi sayur-sayuran yang terbanyak adalah labu sebanyak 2.411 kw, menyusul bawang merah sebanyak 2.294 kw, kacang panjang sebanyak 2.074 kw, kangkung sebanyak 2.003 kw, sedangkan yang terkecil produksinya adalah tanaman kacang merah dan buncis masing-masing sebanyak 149 kw dan 179 kw.

Pada tahun 2004 produksi perkebunan rakyat yang terbanyak adalah jambu mete yaitu sebanyak 5.778,01 ton, menyusul kelapa dalam 1.284,17 ton, coklat/kakao 678,70 ton, kapuk 194,72 ton, kopi 174,52 ton, kemiri, 103,26 ton dan kelapa hibrida 94,78 ton.

Hutan produksi pada tahun 2004 seluas 35.675 ha atau 22,58% dari jumlah hutan secara keseluruhan, menyusul hutan wisata/PPA seluas 55.458 ha (35,10%), hutan produksi terbatas seluas 27.745 ha (17,56%), hutan lindung seluas 25.100 ha (15,88%) dan hutan produksi yang dapat dikonversi 14.039 ha (8,88%).

Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi, kerbau dan kuda pada tahun 2004 secara berturut-turut adalah 3.842 ekor, sedangkan kuda tidak ada. Pada tahun 2003 populasi sapi mengalami peningkatan sebesar 9,12% di mana tahun 2003 mencapai 3.521 ekor dan tahun 2004 meningkat menjadi 3.842 ekor. Populasi ternak kerbau jika dibandingkan dengan tahun 2003 juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 25.00% di mana tahun 2003 terdapat 4 ekor dan tahun 2004 menurun mencapai 3 ekor.

Populasi ternak kecil tahun 2004 terdiri dari kambing sebanyak 13.722 ekor, babi 303 ekor dan domba tidak ada. Bila dibandingkan dengan tahun 2003 kambing mengalami peningkatan 12,06% di mana tahun 2003 sebanyak 12.245 ekor dan tahun 2004 mencapai 13,722 ekor. Sedangkan ternak babi bila dibanding tahun 2003 juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 9,39% di mana tahun 2003 terdapat 277 ekor dan tahun 2004 meningkat menjadi 303 ekor.

Populasi ternak unggas seperti ayam buras tahun 2003 berjumlah 364.742 ekor, meningkat menjadi 379.639 ekor pada tahun 2004 (4,08%), populasi ternak itik/bebek tahun 2004 sebanyak 39.248 ekor meningkat sebesar 24,28% bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya mencapai 31.581 ekor.

Peningkatan produksi perikanan selama tahun 2004 berjumlah 124.155,40 ton yang terdiri dari perikanan laut 43,439,90 ton, hasil budidaya laut mabe sebanyak 65.640 ekor, rumput laut 15.265,50 ton yang terbanyak berada di Kecamatan Kapontori berjumlah 71.320,96 ton, menyusul Kecamatan Lasalimu 8.278,10 ton, Kecamatan Sampolawa 8.158,84 ton dan Kecamatan Mawasangka 5.945,85 ton.

Untuk industri besar dan sedang tidak mengalami perubahan jumlah bila dibandingkan dengan tahun 2003 di mana hanya ada satu industri besar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 105 orang dan 24 industri sedang dengan 739 orang tenaga kerja. Jumlah industri kecil pada tahun 2004 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2003, yakni dari 61 industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 363 orang menjadi 76 industri dengan 474 orang tenaga kerja. Sedangkan untuk industri kerajinan rumah tangga meningkat jumlahnya dari 5.812 industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 9.222 orang pada tahun 2003 menjadi 5.819 industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 9.273 orang pada tahun 2004.

Kabupaten Buton sebenarnya memiliki potensi pertambangan yang cukup kaya namun pada umumnya yang baru diolah secara ekonomis adalah tambang aspal. Produksi aspal Buton pada tahun 2004 adalah sebesar 21.500 ton, meningkat 77,73% bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya mencapai 12.096,66 ton.

Jumlah pelanggan listrik negara pada tahun 2004 ada sebanyak 16.169 pelanggan dengan daya terpasang sebesar 12.322.950 VA. Sedangkan produksi listrik sebesar 9.156.633 kwh dengan tenaga listrik terjual sebesar 9.575.548 kwh serta nilai penjualan sebesar 6.070.273 ribu rupiah.

Untuk tahun 2004 total volume komoditas yang diperdagangkan adalah sebesar 9.208,009 ton dengan nilai Rp. 432.947.969.000,- di mana komoditas perkebunan merupakan komoditas tertinggi yang diperdagangkan, yaitu sebesar 5.638,020 ton dengan nilai sebesar Rp. 24.328.624.000,- menyusul komoditas hasil perikanan sebesar 2.303 ton dengan nilai sebesar Rp. 28.336.787.000,- rupiah, sedangkan yang terendah adalah komoditas pertanian tanaman pangan yang hanya mencapai 7,30 ton dengan nilai sebesar Rp. 24.400.000,- menyusul peternakan sebesar 12.748 ton dengan nilai sebesar Rp. 10.200.000,-

Peta KAB. BUTON, SULAWESI TENGGARA