Perusahaan Jasa Konstruksi KAB. SIDOARJO : Kontraktor & Konsultan di KAB. SIDOARJO

FILTER BY

Tour Type

Duration

Kab. Sidoarjo
TRIDAKSA BANGUN ASKARA
Grade: K
Asosiasi : LSBU KONSTRUKSI INDONESIA (ASPEKINDO)
Kab. Sidoarjo
HAQIQI LINTAS UTAMA JAYA
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
KARUNIA PRATAMA RIZKI
Grade: Spesialis
Asosiasi : LSBU GAPEKNAS INFRASTRUKTUR (GAPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
RIZKI ABADI
Grade: K1
Asosiasi : GAPEKSINDO
Kab. Sidoarjo
MEGAH PRATAMA
Grade: K
Asosiasi : Gamana Krida Bhakti (GAPENSI)
Kab. Sidoarjo
GADING MAS
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
EKA JAYA ABADI
Grade: M
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
KARYA DUTA KENCANA
Grade: K
Asosiasi : Gamana Krida Bhakti (GAPENSI)
Kab. Sidoarjo
DIANDRA KARSA ABADI
Grade: K1
Asosiasi : APAKSINDO
Kab. Sidoarjo
CITRA MANDIRI
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
NATA BANGUN KARYA
Grade: K
Asosiasi : LSBU GAPEKNAS INFRASTRUKTUR (GAPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
KARYA TUNJUNG PRATAMA
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
MULTI KARYA TECHNIC
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
KARYA ABADI
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Kab. Sidoarjo
CENDANA
Grade: K3
Asosiasi : AKAINDO
Kab. Sidoarjo
CAHAYA TEKNIK
Grade: K
Asosiasi : Gamana Krida Bhakti (GAPENSI)
Kab. Sidoarjo
CAHAYA ABADI
Grade: Spesialis
Asosiasi : ASPIRASI ASPAL DAN BETON INDONESIA (PT AABI)
Kab. Sidoarjo
BINTANG SURYA
Grade: K
Asosiasi : ASPEKNAS KONSTRUKSI MANDIRI (ASPEKNAS)
Showing 145 - 162 of 1459

Tentang KAB. SIDOARJO

logo KAB. SIDOARJO

Kabupaten Sidoarjo (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦱꦶꦢꦲꦂꦗ, Pegon: سيداهرجا, translit. Sidåarjå; pengucapan bahasa Jawa: ) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat. Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Penduduk kabupaten ini berjumlah 2.033.764 jiwa pada tahun 2021. Kabupaten ini diduga merupakan bekas ibukota kerajaan Jenggala dan Kahuripan.

Sidoarjo dahulu dikenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, Sidoarjo merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya (saat ini Gresik). Nama daerahnya pada masa itu ialah Sidokare. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Sidokare dipimpin R. Notopuro (kemudian bergelar R.T.P. Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare yang memiliki konotasi kurang bagus diubah namanya menjadi Kabupaten Sidoarjo.

Setelah R. Notopuro wafat tahun 1862, maka kakak almarhum pada tahun 1863 diangkat sebagai bupati, yaitu Bupati R.T.A.A. Tjokronegoro II yang merupakan pindahan dari Lamongan. Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro pensiun, sebagai gantinya diangkat R.P. Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung tetapi hanya 3 bulan saja menjabat sebagai Bupati karena wafat pada tahun itu juga, dan R.A.A.T. Tjondronegoro I diangkat sebagai gantinya.

Pada masa Pedudukan Jepang (8 Maret 1942–15 Agustus 1945), daerah delta Sungai Brantas termasuk Sidoarjo juga berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Militer Jepang (yaitu oleh Kaigun, tentara Laut Jepang). Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu. Permulaan bulan Maret 1946, Belanda mulai aktif dalam usaha-usahanya untuk menduduki kembali daerah ini. Ketika Belanda menduduki Gedangan, pemerintah Indonesia memindahkan pusat pemerintahan Sidoarjo ke Porong. Daerah Dungus (Kecamatan Sukodono) menjadi daerah rebutan dengan Belanda. Tanggal 24 Desember 1946, Belanda mulai menyerang kota Sidoarjo dengan serangan dari jurusan Tulangan. Sidoarjo jatuh ke tangan Belanda hari itu juga. Pusat pemerintahan Sidoarjo lalu dipindahkan lagi ke daerah Jombang.

Pemerintahan pendudukan Belanda (dikenal dengan nama Recomba) berusaha membentuk kembali pemerintahan seperti pada masa kolonial dulu. Pada November 1948, dibentuklah Negara Jawa Timur salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Sidoarjo berada di bawah pemerintahan Recomba hingga tahun 1949.

Pada 27 Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar, Belanda menyerahkan kembali Negara Jawa Timur kepada Republik Indonesia Serikat, sehingga daerah delta Brantas dengan sendirinya menjadi daerah Republik Indonesia.

Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112°5’ dan 112°9’ Bujur Timur dan antara 7°3’ dan 7°5’ Lintang Selatan.

Dataran Delta dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter, ketinggian 0-3 meter dengan luas 19.006 Ha, meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakan yang berada di wilayah bagian timur. Wilayah bagian tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %. Wilayah Bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi 29,20%

Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0–5 m dari permukaan tanah.

Sidoarjo terletak di antara dua aliran sungai yaitu Kali Mas dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di Kabupaten Malang.

Wilayah Sidoarjo beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus dan musim hujan pada bulan Desember sampai bulan April dengan bulan terbasah adalah Januari. Curah hujan tahunan di wilayah Sidoarjo berkisar antara 1.300–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah ini bervariasi antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi ±76%.

Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha Assosiasi Alluvial kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha

Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 kecamatan, 28 kelurahan, dan 318 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.827.064 jiwa dengan luas wilayah 634,38 km² dan sebaran penduduk 2.880 jiwa/km².

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi paling dinamis di Provinsi Jawa Timur. Letaknya yang strategis, diapit oleh Kota Surabaya dan Kabupaten Pasuruan, menjadikan Sidoarjo sebagai wilayah penyangga utama dalam kegiatan industri dan perdagangan di kawasan Gerbangkertosusila. Kedekatannya dengan Pelabuhan Tanjung Perak dan Bandar Udara Internasional Juanda memberikan keuntungan logistik yang besar bagi pelaku usaha. Pertumbuhan sektor industri dan jasa di kabupaten ini juga ditunjang oleh ketersediaan tenaga kerja lokal serta infrastruktur transportasi yang memadai.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo tahun 2023, sektor industri pengolahan menyumbang lebih dari setengah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sidoarjo, yakni sebesar 52,11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo termasuk salah satu daerah dengan kontribusi industri terbesar di Provinsi Jawa Timur.

Sektor industri di Sidoarjo mencakup berbagai bidang, mulai dari manufaktur ringan hingga industri berat. Kawasan industri tersebar di kecamatan Waru, Taman, Gedangan, dan Krian. Beberapa perusahaan nasional dan multinasional yang beroperasi di Kabupaten Sidoarjo antara lain:

Di samping industri besar, industri kecil dan menengah juga berkembang pesat. Beberapa sentra industri terkenal di antaranya adalah:

Perikanan merupakan sektor ekonomi penting, terutama di wilayah timur Sidoarjo yang berbatasan dengan Selat Madura. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng dan udang windu, yang dibudidayakan di tambak-tambak air payau. Pada tahun 2023, produksi ikan bandeng dari tambak di Sidoarjo tercatat lebih dari 34.000 ton.

Simbol bandeng dan udang juga tercermin dalam lambang Kabupaten Sidoarjo. Komoditas ini menjadi bahan dasar kuliner khas seperti petis, kupang lontong, dan sate kerang. Oleh masyarakat, Sidoarjo kerap dijuluki sebagai Kota Petis.

Sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten Sidoarjo mengalami pertumbuhan signifikan seiring meningkatnya mobilitas penduduk dan integrasi ekonomi dengan wilayah sekitarnya. Aktivitas perdagangan didukung oleh keberadaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan kawasan komersial, terutama di kecamatan urban seperti Sidoarjo Kota, Waru, dan Taman. Pesatnya pertumbuhan minimarket di ketiga kecamatan tersebut mencerminkan potensi ekonomi masyarakat yang tinggi dan posisi strategis sebagai perbatasan dengan Kota Surabaya.

Sektor jasa mencakup berbagai bidang, mulai dari perhotelan, transportasi, pendidikan, hingga keuangan. Kabupaten Sidoarjo memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata dan perhotelan, didukung oleh letaknya yang strategis dekat dengan pusat bisnis dan industri Kota Surabaya serta akses yang mudah melalui berbagai moda transportasi umum. Selain itu, banyak rumah sakit besar seperti Rumah Sakit Siti Khodijah dan RS Mitra Keluarga Sidoarjo yang sering membuka lowongan untuk dokter, perawat, hingga staf administrasi, menunjukkan pertumbuhan sektor jasa kesehatan.

Kabupaten Sidoarjo memiliki infrastruktur transportasi yang mendukung konektivitas regional dan nasional, meliputi moda udara, darat, serta sistem transportasi massal.

Bandar Udara Internasional Juanda terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Bandara ini merupakan salah satu bandara tersibuk di Indonesia dan menjadi gerbang utama bagi wilayah Jawa Timur. Awalnya dibuka pada tahun 1964 sebagai pangkalan udara militer, bandara ini kemudian dikembangkan untuk melayani penerbangan sipil domestik dan internasional. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan bandara dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu, frekuensi penerbangan sipil meningkat, dan pada 24 Desember 1990, Bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan internasional.

Transportasi bus merupakan moda utama yang menunjang mobilitas masyarakat di Kabupaten Sidoarjo. Letak geografisnya yang strategis, berbatasan langsung dengan Kota Surabaya dan menjadi bagian dari kawasan metropolitan Gerbangkertosusila, menjadikan Sidoarjo sebagai simpul penting dalam jaringan transportasi darat antarkota maupun antarprovinsi. Moda ini menghubungkan Sidoarjo dengan berbagai kota besar di Pulau Jawa dan daerah lainnya, serta memfasilitasi pergerakan harian masyarakat menuju pusat-pusat kegiatan ekonomi dan sosial.

Terminal utama di wilayah ini adalah Terminal Purabaya, atau yang lebih dikenal sebagai Terminal Bungurasih. Meskipun secara administratif terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, terminal ini dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Terminal Purabaya merupakan salah satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara dan berfungsi sebagai gerbang utama Kota Surabaya dari berbagai kota besar di Indonesia melalui jalur darat.

Selain Terminal Purabaya, Kabupaten Sidoarjo memiliki sejumlah terminal lain yang berfungsi sebagai pusat angkutan lokal dan pedesaan. Terminal Larangan di Kecamatan Candi melayani jalur angkutan antarkecamatan dan kawasan selatan Sidoarjo. Terminal Krian di bagian barat berperan sebagai titik keberangkatan dan kedatangan kendaraan menuju Mojokerto dan daerah sekitarnya. Di selatan, terdapat Terminal Porong yang penting untuk mobilitas masyarakat di wilayah terdampak lumpur Lapindo. Sementara itu, Terminal Prasung yang berada di Kecamatan Buduran melayani jalur pesisir timur serta angkutan dalam kota dan perdesaan.

Terminal-terminal tersebut menjadi simpul distribusi penumpang untuk berbagai jenis layanan, seperti bus antarkota dalam provinsi (AKDP), bus antarkota antarprovinsi (AKAP), serta angkutan kota dan pedesaan. Fasilitas yang tersedia di terminal umumnya mencakup ruang tunggu penumpang, loket tiket, area parkir, dan fasilitas dasar lainnya yang menunjang kenyamanan serta keamanan pengguna jasa. Peran terminal bus semakin penting dengan adanya integrasi sistem transportasi yang lebih luas, seperti koneksi ke jalur kereta api dan angkutan massal seperti Trans Jatim.

Sejak 20 Agustus 2022, Kabupaten Sidoarjo menjadi bagian dari jaringan layanan angkutan massal Trans Jatim yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. Trans Jatim merupakan sistem bus antarkota yang terintegrasi, dirancang untuk melayani rute-rute strategis di kawasan metropolitan Surabaya, termasuk Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Program ini dikembangkan dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas transportasi publik serta mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.

Koridor utama yang melintasi wilayah Sidoarjo ad alah Koridor 1, yang menghubungkan Terminal Porong, Terminal Purabaya, dan Terminal Bunder di Gresik dengan total panjang trayek sekitar 72 kilometer. Layanan ini beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 hingga 21.00 WIB dengan tarif yang ditetapkan sebesar Rp5.000 untuk penumpang umum dan Rp2.500 untuk pelajar.

Di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Trans Jatim melayani sejumlah titik pemberhentian penting, antara lain Halte Terminal Porong, Halte Gedang, Halte Tanggulangin, Halte Keramean, Halte Terminal Larangan, Halte Lemah Putro, Halte Alun-Alun I, Halte Sun City I, Halte Pondok Mutiara, dan Halte Transit Point Trans Jatim. Sebagian besar halte ini terletak di sepanjang jalan utama dan dilengkapi dengan papan informasi serta area tunggu sederhana. Meskipun belum dilengkapi dengan jalur khusus seperti yang dimiliki oleh sistem Transjakarta, layanan Trans Jatim tetap mempertahankan frekuensi keberangkatan yang relatif konsisten.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga tengah merencanakan perluasan jaringan Trans Jatim ke wilayah lain di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya, termasuk integrasi dengan moda transportasi lain seperti layanan feeder dan angkutan kota. Upaya ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi regional dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum. Perluasan layanan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi kemacetan di kawasan perkotaan serta mendukung mobilitas yang lebih berkelanjutan.

Kabupaten Sidoarjo memiliki peran strategis dalam jaringan perkeretaapian di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur. Stasiun Sidoarjo (merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo. Stasiun ini melayani berbagai jenis layanan kereta api penumpang, termasuk kereta api antarkota, lokal, dan komuter, yang menghubungkan Sidoarjo dengan kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Banyuwangi.

Selain Stasiun Sidoarjo, wilayah Kabupaten Sidoarjo juga dilayani oleh sejumlah stasiun lain, antara lain Stasiun Waru, Stasiun Gedangan, Stasiun Boharan, Stasiun Sepanjang, Stasiun Krian, Stasiun Tarik, dan Stasiun Porong. Beberapa stasiun tersebut, seperti Stasiun Waru dan Stasiun Krian, menjadi tempat pemberhentian bagi Kereta api Sri Tanjung, layanan kereta api ekonomi yang menghubungkan Banyuwangi dan Yogyakarta.

Stasiun Tulangan, yang sebelumnya nonaktif sejak dekade 1970-an, diaktifkan kembali pada tahun 2009 sebagai bagian dari penanganan darurat terhadap bencana Lumpur Lapindo. Bencana tersebut menutup akses rel utama antara Stasiun Porong dan Sidoarjo, sehingga dilakukan pembangunan jalur alternatif melalui Mojokerto dan reaktivasi Stasiun Tulangan sebagai titik penghubung.

Kabupaten Sidoarjo merupakan bagian dari jaringan KAI Commuter yang mengoperasikan layanan Komuter Surabaya. Layanan ini dirancang untuk melayani mobilitas harian di kawasan metropolitan Gerbangkertosusila, menghubungkan Sidoarjo dengan Surabaya, Mojokerto, dan Lamongan. Jalur komuter melintasi sejumlah stasiun di Sidoarjo, seperti Gedangan, Waru, dan Sidoarjo, dan menjadi moda transportasi utama bagi para pekerja dan pelajar.

Layanan ini memiliki jadwal keberangkatan yang relatif padat pada jam sibuk, serta tarif yang terjangkau, sehingga banyak digunakan sebagai alternatif kendaraan pribadi untuk perjalanan antarwilayah di dalam aglomerasi Surabaya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama pemangku kepentingan transportasi seperti KAI dan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur tengah mendorong integrasi antara layanan perkeretaapian dan moda transportasi lainnya, seperti Trans Jatim. Beberapa halte bus Trans Jatim dirancang berdekatan dengan stasiun kereta api untuk memfasilitasi perpindahan antar moda (intermodal transfer), misalnya Halte Terminal Porong yang dekat dengan Stasiun Porong dan Halte Terminal Larangan dengan akses ke Stasiun Sidoarjo.

Langkah integrasi ini juga didukung oleh pengembangan layanan pengumpan (feeder) dan penyesuaian jadwal antar moda, guna meningkatkan konektivitas dan efisiensi sistem transportasi publik di kawasan Sidoarjo dan sekitarnya.

Kabupaten Sidoarjo memiliki garis pantai di bagian timur yang berbatasan langsung dengan Selat Madura. Meskipun sebagian besar wilayah Sidoarjo merupakan kawasan daratan dan permukiman, terdapat aktivitas transportasi laut terbatas yang berperan dalam mobilitas warga di kawasan pesisir, khususnya di Kecamatan Sedati dan sekitarnya.

Salah satu titik transportasi laut yang aktif di Sidoarjo adalah Pelabuhan Tambak Cemandi yang terletak di Kecamatan Sedati. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan rakyat dan dermaga perikanan yang melayani kegiatan transportasi laut skala kecil serta sebagai titik keberangkatan perahu nelayan dan kapal tradisional ke pulau-pulau di sekitar Selat Madura.

Selain itu, terdapat sejumlah dermaga kecil di desa-desa pesisir seperti Kalanganyar dan Tlocor, yang digunakan oleh warga untuk transportasi antarwilayah dan akses ke kawasan konservasi seperti Kawasan Ekowisata Mangrove Tlocor. Beberapa di antaranya melayani penyeberangan tidak resmi menggunakan perahu motor, terutama menuju wilayah pesisir Kabupaten Gresik dan Pulau Sarinah.

Transportasi laut di Sidoarjo juga dimanfaatkan sebagai sarana wisata berbasis bahari, terutama di kawasan ekowisata Tlocor dan Kepetingan. Di wilayah ini, pengunjung dapat menggunakan perahu motor untuk menyusuri sungai dan hutan mangrove yang bermuara ke laut, serta mengakses pulau-pulau kecil dan kawasan tambak tradisional yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Peta KAB. SIDOARJO, JAWA TIMUR