Dalam konstruksi jalan raya, dinding penahan tanah merupakan salah satu elemen penting dalam pekerjaan konstruksi yang paling dasar, yang dapat mempengaruhi pekerjaan konstruksi secara keseluruhan. Elemen ini berfungsi untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan tanah urug ataupun tanah asli yang labil. Pada dasarnya, Dinding Penahan Tanah (DPT) merupakan elemen konstruksi yang sudah digunakan sejak bertahun- tahun yang lalu.
Salah satu buktinya adalah Tembok Raksasa Cina yang dibangun pada zaman dinasti Qin (221 SM). Tembok sepanjang 6.700 km yang membentang dari timur ke barat Cina ini dibangun di daerah pegunungan. Tembok besar Cina dibangun setinggi 8m, lebar bagian atasnya 5m dan lebar bagian bawahnya 8m. Selain Tembok besar Cina, elemen DPT juga bisa ditemukan pada Taman Gantung Babilonia. Taman yang dibangun pada masa pemerintahan raja Nebukadnezar (612 SM) ini dibangun di atas bukit dan memiliki tinggi 107 m. Struktur DPT kuno berikutnya adalah Tembok Barat di Yerusalem atau yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Tembok Ratapan. Tembok yang terbuat dari batu bata dan batuan gunung ini berfungsi sebagai tembok penyangga kota Yerusalem. Tembok barat dibangun pada zaman Raja Herodes (37 M) dan menjadi salah satu bukti peninggalan sejarah yang telah menggunakan DPT dalam konstruksinya.
Kini, DPT banyak digunakan pada proyek- proyek pembangunan jalan raya, irigasi, pelabuhan, bangunan ruang bawah tanah (basement) dan pangkal jembatan. Umumnya DPT digunakan sebagai struktur penahan tanah pada suatu galian tanah dalam atau lereng. DPT berfungsi untuk menahan tekanan lateral (horizontal) tanah ketika terdapat perubahan dalam elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan akibat dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah. Besaran dan distribusi tekanan tanah pada DPT sangat tergantung pada gerakan tanah lateral terhadap DPT. Tekanan horizontal dibedakan atas tekanan pasif, tekanan aktif dan tekanan at-rest. Tekanan pasif terjadi ketika struktur dinding penahan tanah telah didukung dengan material lain sehingga bergerak mendekat ke tanah yang mengakibatkan tekanan horizontal dalam tanah meningkat. Sebaliknya, tekanan tanah aktif terjadi ketika dinding penahan bergerak menjauh dari tanah sehingga tekanan horizontal dalam tanah menurun. Sementara, tekanan at-rest terjadi apabila struktur DPT stabil dan tidak runtuh.
Pembangunan DPT memerlukan sebuah perencanaan, perhitungan dan perancangan secara tepat dan akurat serta analisis terhadap sejumlah faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi tanah asli, muka air tanah dan perbedaan jenis tanah. Pembangunan DPT yang tidak direncanakan dengan baik dapat berakibat pada kegagalan konstruksi berupa bergeraknya dinding penahan, bahkan kelongsoran, akibat tekanan tanah yang mendorong DPT.
Kegagalan struktur DPT juga bisa disebabkan tekanan hidrostatik akibat air tanah di belakang DPT tidak terdisipasi oleh sistem drainase. Oleh karena itu, keberadaan sistem drainase yang baik pada DPT sangatlah penting untuk mengurangi tekanan hidrostatik dan meningkatkan kestabilan tanah. Disamping itu, pemilihan jenis struktur DPT yang akan digunakan dalam suatu proyek harus mempertimbangkan berbagai faktor yang sedikit banyak mempengaruhinya, seperti kondisi lapangan, workability dari konstruksi DPT tersebut dan efisiensi biaya.
Secant Pile
Secara umum, DPT dapat dibedakan atas sistem stabilisasi eksternal dan sistem stabilisasi Internal. Stabilisasi eksternal terdiri dari Gravity Wall dan In-situ (Embedded walls) sedangkan stabilisasi internal terdiri dari Reinforced Soil Walls dan In-situ Reinforcement.
Secant Pile merupakan DPT dari jenis In-situ yang biasanya digunakan pada area yang sempit karena metode ini tidak membutuhkan area yang luas untuk membuat konstruksi dan menahan rembesan air. Secant pile juga bisa diterapkan pada tanah dengan kondisi sulit atau level muka air yang tinggi.
Struktur secant pile tersusun atas barisan pile beton tak bertulang yang disebut dengan primary pile dan pile beton bertulang yang disebut secondary pile. Primary pile dicor terlebih dahulu. Begitu pula dengan secondary pile yang dicor secara overlap terhadap primary pile. Keduanya disusun saling menyambung hingga membuat dinding.
Primary pile berfungsi sebagai penutup galian dan pengendap, sedangkan secondary pile berfungsi sebagai elemen struktural yang memberikan kapasitas lentur sistem secant pile. Kedalaman secondary pile tergantung dari tinggi dinding galian dan jenis tanah.
Inovasi Secant Pile
Metode Secant Pile dipilih PT. Wijaya Karya sebagai dinding penahan tanah dalam proyek New Road to Gunung Putri Indocement. Proyek ini meliputi pembangunan jalan yang menghubungkan pintu tol gunung putri dengan Indocement plant site. Pembangunan jalan ini bertujuan untuk menyediakan akses singkat (short cut) antara tol dan pabrik. Jalan pintas ini juga berfungsi untuk mengurangi kemacetan yang kerap terjadi di Jalan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Sebuah inovasi diterapkan PT. Wijaya Karya -Selaku Kontraktor- dalam pembangunan jalan akses Gunung Putri. inovasi berupa modifikasi metode konstruksi Guide Wall Precast pada pembuatan secant pile sepanjang 154 m. Penggunaan metode ini dilatarbelakangi kebutuhan akan sebuah metode kerja yang mudah dilaksanakan. Selain itu, penerapan metode ini dapat mengutamakan kualitas serta efisiensi biaya dan waktu.
Metode precast dikerjakan pada guide wall dan guide wall in-situ. Guide wall dibuat dari material berupa concrete class C, Besi D13 dan D16, plat 20x20 dan bekisting tenolit. Terdapat perbedaan pada pembangunan guide wall dan guide wall in-situ. Pengerjaan guide wall hanya memerlukan waktu 12 hari, sedangkan guide wall in-situ bisa mencapai 1,5 bulan (45 hari).
Dari segi biaya guide wall menghabiskan Rp 114.308.440,- untuk 8 set precast. Sementara untuk cast in situ menyerap biaya hingga Rp 431.100.785. Guide wall in-situ juga menghasilkan materi limbah banyak dan tingkat pengerjaan sulit, terutama dalam proses pembobokan.
Untuk pengerjaan proyek ini, PT. Wijaya Karya menandatangani kontrak dengan PT. Indocement Tunggal Prakasa selaku pemilik proyek senilai Rp 10,1 Milyar. Dengan masa kontrak pelaksanaan selama 180 hari kalender. Namun berkat inovasi metode konstruksi PT. Wijaya karya mampu menyelesaikan proyek hanya dalam waktu 90 hari kalender.
Karya inovasi ini merupakan pemenang kategori "Metode Konstruksi" pada ajang Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum