Penetapan harga pokok penjualan (HPP) atas produk perusahaan harus menjadi fokus penting bagi manajemen perusahaan, karena tidak sedikit perusahaan yang tutup operasinya karena ketidakmampuan perusahaan dalam menganlisa berapa HPP yang tepat untuk sebuah produk sehingga bisa mengembalikan modal dan mendapatkan laba atas penjualannya. Karena bagaimanapun perusahaan dalam menjalankan operasinya dituntut bisa lebih optimal dan cepat dalam hal pencapaian tingkat pengembalian modalnya.
Baca juga: Jenis Entitas Bisnis di Indonesia
Contoh Penghitungan BEP
Manajemen perusahaan harus cermat dalam hal ini, yaitu dalam penentuan Harga Pokok Penjualan dan efisiensi biaya dalam Biaya Operasionalnya. Karena kedua elemen tersebut akan memengaruhi dalam tingkat pengembalian modal yang bisa dilihat dari laporan laba rugi suatu perusahaan pada periode berjalan. Ketepatan perhitungan HPP mempengaruhi keakuratan laba yang didapat oleh suatu perusahaan atau rugi yang ditanggung perusahaan sehingga laporan laba rugi tersebut bisa dipertanggung jawabkan.
Selain harga pokok penjualan (HPP), efisiensi biaya dalam biaya operasional juga harus diperhatikan oleh perusahaan. Biaya operasional sendiri adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dari awal pengolahan bahan baku menjadi sebuah prroduk yang siap di jual. Biaya operasional tersebut dikelompokan menjadi biaya tetap, biaya semi tetap, biaya variable, dan biaya semi variable. Biaya operasional ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : biaya tenaga kerja, biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung. Selengkapnya mengenai penentuan biaya operasional perusahaan akan dibahas pada artikel selanjutnya.
Baca Juga: +13 Contoh Berita Acara [Versi Lengkap] dan Cara Membuatnya
Penentuan Harga Pokok Yang Dijual untuk Perusahaan Dagang dan Manufaktur
Perusahaan atau organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses suatu masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari laba disebut sebagai organisasi profit sedangkan perusahaan yang tidak mencari laba lebih dikenal dengan perusahaan nirlaba. Kedua jenis perusahaan tersebut sama-sama mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi daripada nilai masukan.
Oleh karena itu baik organisasi profit maupun organisasi nirlaba, pihak manajemen selalu berusaha agar nilai keluaran lebih tinggi dari nilai masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut, sehingga kegiatan organisasi dapat menghasilkan laba (untuk perusahaan profit) atau sisa hasil usaha (untuk perusahaan nirlaba). Dengan mengukur apakah kegiatan usahanya akan menghasilkan laba atau tidak, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk memperkirakan kemampuan berkembang dan mampu mempertahankan keberadaannya sebagai suatu sistem di masa yang akan datang.
Penentuan HPP untuk Perusahaan Dagang
Penentuan harga pokok barang yang dijual atau harga pokok penjualan pada perusahaan manufaktur agak berbeda jika dibandingkan dengan perusahaan dagang. Didalam perusahaan dagang, harga pokok penjualan dihitung dengan cara sebagai berikut :
Persediaaan Awal Barang Dagangan (+)
Pembelian Barang Dagang (-)
Persediaan Akhir Barang Dagangan
_______________________________=
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Penentuan HPP untuk Perusahaan Manufaktur
Pada perusahaan-perusahaan manufaktur di mana barang yang dijual bukan berasal dari pembelian, tetapi berasal dari hasil produksi dalam perusahaan itu sendiri, Maka perhitungan harga pokok penjual dilakukan sebagai berikut :
Persediaan Awal Barang jadi (+)
Harga Pokok Produksi Yang Selesai Dikerjakan (-)
Persediaan Akhir Barang Dagangan
__________________________________=
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Dengan membandingkan kedua rumus perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Barang/Produksi yang Selesai Dikerjakan pada perusahaan manufaktur, sama kedudukannya dengan Pembelian Barang Dagangan pada perusahaan dagang.
Dari rumus di atas, dapat dijabarkan unsur atau elemen yang membentuk Harga Pokok Penjualan (HPP) antara lain yaitu, persediaan awal, pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian, potongan pembelian (diskon), dan persediaan barang dagang akhir. Berikut kami jelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam HPP tersebut adalah:
- Persediaan barang dagang awal, yaitu persediaan barang dagangan yang tersedia pada awal suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan atau laporan neraca tahun sebelumnya.
- Pembelian bersih, yaitu keseluruhan pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan baik pembelian barang dagangan secara tunai maupun pembelian barang dagangan secara kredit.
- Beban angkut pembelian, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan pada saat membeli bahan baku sampai pada proses bahan baku tersebut menjadi barang siap dijual
- Retur pembelian, yaitu sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan atau ketidaksesuaian terhadap barang yang dibeli dari perusahaan lain sehingga barang tersebut harus dikembalikan lagi.
- Potongan pembelian (Discount), yaitu potongan harga yang diberikan kepada pembeli, biasanya diberikan kepada pembeli yang membeli barang dalam jumlah tertentu dan pembeli membayar dibawah harga normal barang tersebut.
- Persediaan barang dagang akhir, yaitu persediaan barang-barang pada akhir suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan akhir perusahaan akan diketahui dari data penyesuaian perusahaan pada akhir periode.
Sumber:https://www.pengadaan.web.id/2020/01/penentuan-harga-pokok-penjualan-hpp.html