Stabilizer Listrik, Jenis dan Cara Kerja Stabilisator Tegangan Listrik

Stabilizer Listrik, Jenis dan Cara Kerja Stabilisator Tegangan Listrik. Stabilizer Listrik adalah alat yang dirancang untuk memberikan tegangan konstan ke beban di terminal outputnya terlepas dari perubahan input atau tegangan suplai yang masuk. Melindungi peralatan atau mesin terhadap tegangan berlebih, tegangan di bawah, dan lonjakan tegangan lainnya.

Stabilizer listrik juga disebut sebagai regulator tegangan otomatis (AVR). Stabilisator tegangan lebih disukai untuk peralatan listrik yang mahal dan berharga untuk melindunginya dari fluktuasi tegangan rendah / tinggi yang berbahaya. Beberapa dari peralatan ini adalah AC, mesin cetak offset, peralatan laboratorium, mesin industri, dan peralatan medis.

 

Terdapat beberapa jenis stabilizer sesuai dengan spesifikasi dan kegunaannya dalam menstabilkan listrik. Jenis pertama adalah stabilizer motor servo. Stabilizer jenis ini menggunakan motor servo untuk menjalankan tugasnya.

Di dalam stabilizer, motor akan berputar sampai mendapatkan tegangan yang stabil. Dari posisi dinyalakan, biasanya memerlukan waktu sekitar 2 hingga 5 detik untuk stabilizer jenis ini agar mampu beroperasi dengan baik.

Kekurangan dari stabilizer ini adalah tidak mampu menyaring berbagai gangguan atau hal-hal yang mampu merusak alat elektronik, misalnya petir, spikes, dan power surge, sehingga perlu dijaga asupan sumber listriknya.

 

Jenis stabilizer ini menggunakan beberapa relay untuk menstabilkan tegangan listrik yang naik turun tidak teratur. Kelebihan dari stabilizer ini adalah reaksinya sangat cepat. Namun, tingkat kestabilannya tegangan listriknya kurang begitu baik. Stabilizer satu ini juga tidak dilengkapi dengan penyaringan terhadap gangguan listrik diluar jangkauan kita, seperti petir dan gejolak sumber lisrik dari gardu.

 

Cara kerja transitor digabungkan dengan sistem kerja relay, menjadikan stabilizer ini memiliki kinerja yang paling stabil. Ditambah lagi dengan adanya penyaring untuk gangguan listrik, menjadikan stabilizer ini tentu bisa menjadi pilihan yang tepat. Sesuai namanya, pengaturan stabilizer jenis ini menggunakan instrumen digital dimana meningkatkan kemudahan dalam pengaturannya.

 

Tegangan arus listrik memang sebaiknya stabil agar perangkat elektronik ataupun mesin dengan energi listrik dapat bekerja optimal dan tidak cepat rusak. Oleh karena itu, penggunaan stabilizer cukup menjamur di masyarakat karena dapat memberikan aliran listrik yang stabil pada alat-alat elektronik, terutama terkait komponen-komponennya. Ditambah lagi, usia perangkat elektronik yang menggunakan stabilizer tentunya menjadi jauh lebih lama.

Sangat penting bagi Anda untuk mengetahui hal-hal sebelum memilih sebuah stabilizer. Pertama, perhatikan batasan voltage input. Batas terendah dan batas tertinggi dari stabilizer yang direkomendasikan adalah 140 V hingga 240 V. Perhatikan pula power output maksimum, tampilan kerja sistem (control display), soft starter system, dan motor servo yang berguna untuk memberi perubahan jumlah arus serta respon pada tegangan listrik tersebut.

Fitur berikutnya yang tidak kalah penting adalah safety warning yang digunakan untuk memantau bahaya terhadap perubahan tegangan arus yang mendadak. Berikutnya adalah komponen Auto-Cooling Fan untuk menjaga suhu stabilizer agar tidak overheat.

Fitur auto cut-off memungkinkan Anda untuk menghentikan segala arus listrik yang mengalir dalam stabilizer. Biasanya akan aktif secara otomatis ketika terjadi lonjakan daya maupun hal-hal mendadak yang dapat berpengaruh negatif terhadap mesin / peralatan elektronik yang sedang menyala.

 

Secara umum, masing-masing dan setiap peralatan atau perangkat listrik dirancang untuk berbagai tegangan input. Tergantung pada sensitivitasnya, jangkauan kerja peralatan dibatasi pada nilai tertentu, misalnya, beberapa peralatan dapat mentolerir ± 10 persen dari tegangan pengenal sementara yang lain ± 5 persen atau kurang.

Fluktuasi tegangan (naik atau turun dari besarnya tegangan pengenal) cukup umum di banyak daerah. Alasan paling umum untuk fluktuasi tegangan adalah penerangan, gangguan listrik, kabel yang rusak dan mematikan perangkat secara berkala. Fluktuasi ini menyebabkan kecelakaan pada peralatan atau peralatan listrik.