Jawabannya ada di angka keamanan.

 

Para insinyur di zaman dahulu belum mengenal yang namanya umur rencana bangunan, sehingga mereka sangat konservatif dalam mendesain bangunan. Misalnya, menggunakan kolom dan pondasi yang terlampau besar dari kekuatan yang diperlukan. Atau mutu material yang terlalu tinggi. Romawi Kuno sudah menggunakan campuran beton pada bangunan-bangunannya, tapi mereka belum membuat standardisasi mutu. Secara struktural, ini semua bagus sebenarnya. Tetapi, secara ekonomis, jelek! Bangunan-bangunan itu terlampau mahal, umurnya juga terlalu lama, bahkan melampaui peradaban yang membangunnya.

Salah satu dari 7 keajaiban dunia, Colosseum (arctechnica.com)

 

Di zaman modern ini, setiap insinyur sipil yang hendak merancang bangunan, akan memperkirakan berapa lama bangunan itu akan dimanfaatkan. Semakin lama umur bangunan, akan semakin besar beban yang dikenakan ke struktur, sehingga ukuran struktur semakin besar, dan ujung-ujungnya biaya pembangunan membengkak. Saya ambil contoh, jembatan. Jembatan yang dirancang untuk umur rencana 100 tahun, harus mampu pula menghadapi beban gempa & banjir kala ulang 100 tahun. Nah, jadi di sinilah perbedaan antara insinyur sekarang dengan jaman kuno. Jika diminta pun, kami bisa mendesain bangunan yang sanggup tahan selama berabad-abad untuk dijadikan monumen di masa depan. Namun faktor ekonomislah yang menjadi penentu akhir.