Indonesia Battery Corporation (IBC) Gandeng CATL & LG Chem

Indonesia Battery Corporation (IBC) Gandeng CATL & LG Chem. Indonesia menyatakan keseriusannya dengan membentuk holding perusahaan baterai yang terintegrasi. Dengan menggandeng CATL dan LG Chem, diharapkan tahun 2022 sudah mulai menggerakkan line up produksinya.

Pembentukan holding baterai kendaraan listrik Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan investasi sampai US$ 17 miliar atau sekitar Rp 238 triliun (kurs Rp 14.000). Investasi ini tidak hanya membangun satu pabrik saja, namun terintegrasi dari hulu ke hilir.

Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, dalam pengembangan baterai kendaraan yang terintegrasi ini, pihaknya akan menguasai dari sisi hulu. Erick melanjutkan, untuk baterai kendaraan motor pihaknya akan menjadi leading sector. Sementara, untuk baterai kendaraan mobil, pihak mitra yang akan menjadi leading sector.

Erick menekankan, terpenting dalam pengembangan baterai kendaraan listrik ini ialah semua pabriknya dibuat di Indonesia.

“Tapi ujung-ujungnya bagaimana kita mengunci hilirisasi ini harus bermanfaat bagi Indonesia tidak hanya bagi market tapi pertumbuhan tenaga kerja yang terukur karena semua pabriknya dibuat di Indonesia,” katanya.

“Ini memang total investasi sangat besar bisa mencapai US$ 17 miliar dan memang profil daripada IBC akan dimiliki total komposisi saham antara yang sama antara Antam, MIND ID, Pertamina, PLN,” katanya

“Keempat-empat BUMN bersatu membentuk sebuah industri baterai corporation yang nanti masing-masing bagian daripada supply chain industri baterai akan kita memiliki joint venture, ini akan kita lakukan bersama,” katanya.

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, dalam pengembangannya, pihaknya melibatkan mitra yakni perusahaan asal China CATL dan perusahaan asal Korea Selatan LG Chem.

“Kita berpartner global player di sini ada CATL kalau tidak salah pemain nomor satu dunia untuk EV, dan LG Chem nomor duanya,” katanya.

“Permodalan sendiri ada 2, CATL kalau tidak salah US$ 5 miliar lebih , LG Chem kurang lebih US$ 13-17 miliar ini sebuah partnership yang besar banget,” katanya.

Senada, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury meski beberapa di hilir minoritas tapi semua produksinya di Indonesia. Hal ini untuk memastikan agar nantinya produk dari hulu tidak diekspor.

“Ini yang memang arahan Pak Menteri untuk memastikan dari up stream jangan sampai lalu ekspor keluar, nanti pada saat membutuhkan baterai untuk memproduksi EV-nya justru impor lagi dari ke negara lain,” ujarnya.

“Tujuannya dari awal kita harus memastikan karena memang yang namanya baterai masa depan, kita memang melakukan produksinya di Indonesia. Tadi ada keinginan 70% apa yang diproduksi hulu kita ke bawah ke hilir. Kedua kita ingin membangun ini terintegrasi jangan sampai kita punya kekuatan di hulunya Antam dan MIND ID tapi tidak bisa kendalikan pastikan masuk ke bawah, ini yang juga makanya kita bentuk holding secara bersama-sama,” katanya.

Source: Detik.com