Untuk kali ini kita tidak akan membahas hal- hal “berat” terlebih dahulu, ini hanya sekedar corat- coret iseng dunia maya daripada corat- coret di dunia nyata yang jelas- jelas melanggar peraturan. Sambil menulis, pelan tidak terlalu keras terdengar alunan musik mengalun dengan beat rendah dari player di Laptop. Coba kucek source foldernya ternyata D:/music/eksis/melow2/. Pantas. Jadi inget kata orang- orang kalau playlist musicplayer bisa jd mencerminkan pribadi orang tersebut. Sebuah teori yang paradoks, dianggap tidak berkaitan bahkan bertentangan tetapi mungkin mengandung nilai kebenaran. Tapi apa iya? musik itu kan cuma masalah kuping dan selera, tidak lebih. Bagaimana bisa itu mempengaruhi pribadi seseorang. Tidak ada salahnya coba kita tengok ke belakang sesuai urutan waktu untuk mencoba mengetahui kaitannya.
Metamorfosa Selera Musik
Untuk yang sebaya denganku (lahir era 80-an) pasti masa kecilnya dihabiskan dengan iringan musik2 karya Papa T.Bob. baik yang dinyanyikan trio kwek-kwek, Saskia Geofani, Chickita Meidy, atau yang lainnya. Jauh sebelum masa itu pun sebenarnya sudah booming yg namanya Enno Lerian (yang sempat diisukan hamil dengan Bondan Prakosa si “Lumba- lumba” semasa kecilnya) walaupun keberadaannya tidak begitu digandrungi. Tidak lama setelah munculnya trio kwek-kwek, kita sama- sama menyaksikan fenomena anak ajaib Joshua Suherman. Bocah suroboyo yang tau- tau melejit menjadi bintang hanya karena lagu aneh berjudul cicit cicit cuit dan diobok- obok. Begitu fenomenanya Joshua sampai sampai jangan heran banyak anak kecil saat itu ketika ditanya ingin jadi apa, dengan mantab akan dijawab jadi Joshua! Anak kecil itu termasuk aku ini.



Metamorfosa Selera Musik Metamorfosa Selera Musik

Papa T. Bob dan Joshua


Baca Juga: Nasehat untuk Insinyur Muda

Jaman terus berganti, musik anak- anak semakin aneh terdengar dikuping karena lirik dan aransemennya yang terlalu sederhana, semua bermuara dengan ikut- ikutan nyoba mendengarkan lagu band Padi, Dewa19 dan Jamrud. Tak lama kemudian muncul fenomena berikutnya yaitu Sheila on 7. Berani tarohan sejuta deh tidak ada yang tidak tahu lagu Sheila on 7 pada masa itu. Semua orang tau SO7, mayoritas lagunya dihapal oleh remaja- remaja Indonesia diluar kepala melebihi apalan Juz Amma. 
Selang beberapa lama kemudian muncul fenomena dari segala fenomena yaitu boyband Inggris. WestLife. Sumpah,mungkin yang sebaya denganku tau betapa gilanya remaja Indonesia saat itu dengan Westlife. Walo aku sendiri tidak begitu hapal lagunya, tapi kita semua tahu Westlife. Poster, cover majalah, sampul buku, piring, bungkus chiki, sabun, sisir, kaos, dan lainnya semua bertuliskan westlife. Remaja Indonesia westlife se-westlife-westlifenya saat itu. Bahkan kejadian ekstrimnya saat aku kelas 1 SMP beberapa teman (terutama cewek) benar- benar nangis karena ada gosip personel Westlife meninggal dalam kecelakaan pesawat. Se-akut itu kah demam westlife? silahkan anda menilai sendiri.



Metamorfosa Selera Musik

boyband Westlife

Menginjak usia SMA, musik- musik yang masuk kuping semakin beragam, dari yang slow- slow mewek sampai yang keras menghentak dengan lirik hanya berbunyi blewaaah.. blewaaah. Mulai muncul pula fanatisme terhadap aliran tertentu yg terbungkus kemasan idealisme. Ekspresi akan musik sering tercermin dalam kehidupan keseharian, entah disadari apa tidak. Tren celana pensil Pasha “Ungu” sudah cukup menjadi salah satu bukti. Ada juga bagi sebagian yang lain memilih gaya dan aliran yang lain sesuai seleranya dan macam selera ini begitu banyaknya hingga mustahil bagi kita untuk mengkotak-kotakkannya secara jelas. Sebagai contoh mudah bagi sesorang untuk tahu jenis musik rock, tetapi akan sulit ketika dia disuruh menjelaskan jenis aliran apa karena ini tentang persepsi dan selera.

Dari cerita bertele- tele di atas menurutku tidak dapat diuraikan secara jelas apakah musik mempengaruhi kpribadian atau sebaliknya, kepribadian itu diekspresikan dengan musik yang didengarnya. Hal ini disebabkan musik itu tentang persepsi dan selera, selalu berubah dan berkembang. Hari ini mungkin aku enjoy bernyanyi-nyanyi bersama Jason Mraz, tapi tak menutup kemungkinan besok menjerit bersama Kurt Cobain di lagu Tourette's.



Metamorfosa Selera Musik

Kurt Cobain

Setidaknya itu menurut saya. Akan tetapi mungkin ada bagi sebagian orang lain berlaku opsi yang pertama, yaitu musik yang mereka dengarkan mampu mempengaruhi kepribadian sehingga berkembang menjadi sebuah idealisme yang teraktualisasi dalam kehidupannya. Sebuah penghayatan super tinggi dalam apresiasi karya seni khususnya seni musik. Jujur aku tidak mampu untuk opsi ini  salut buat yang bisa dan telah melakukannya.

Terlepas dari itu semua kita sepakat bahwa musik telah menjadi bagian dari perkembangan kepribadian kita. Setuju?? Mainkaaaaaan..

Dublang dublang dum des.. Haaaaaa He's the one who likes our pretty song, and He like to sing along and He likes to shoot his gun, but He know not what it's mean.. (In Bloom, Nirvana. 1991)


Sumber: https://www.pamungkas.id/2015/01/metamorfosa-selera-musik.html