Puasa vs Kepentingan

Ada 3 tingkat kepentingan yang biasanya dibebankan oleh manusia atas kegiatan puasa. Pertama, kepentingan duniawi. Kedua kepentingan ukhrawi. dan ketiga kepentingan Ilahiyah murni

Kepentingan pertama adalah memposisikan puasa sebagai metode, cara atau persyaratan untuk memperoleh sesuatu yang bersifat duniawi. Jika engkau manusia jawa tradisional, sejak dari kakek nenekmu engkau mengenal konsep prihatin. Prihatin itu maksudnya sengaja memasuki kesusahan atau penderitaan tertentu, yang dengannya akan kamu temui kesuksesan, kebahagiaan atau mungkin pangkat kedudukan. salah satu bentuk penderitaan yang populer adalah puasa. Puasa Romadzon itu puasa religius- teologis yang segala konsepnya ditentukan Alloh SWT. tapi, diam-diam engkau bisa saja mengubahnya dengan mengangkat puasa Romadzon ke dalam fungsi- fungsi duniawi yang berorientasi pada kepentingan pribadimu di dunia. Ini tak berbeda ketika engkau mendatangi kyai atau ulama, engkau ber-tawadlu' kepadanya,engkau memaklumi keimanannya, dan engkau mencium tangannya. Tapi bisa saja diam- diam yang engkau bawa adalah konsep menghadap dukun, demi kepentingan duniamu.  

Maka ada kualitas dan orientasi kepentingan yang kedua yakni kepentingan ukhrawi. Engkau berpuasa tidak demi kejayaan duniamu, tidak demi kemapanan ekonomimu, tidak demi sepak terjang politikmu, tetapi demi mendapatkan tempat yang mulia di surga, demi mendapat pahala sebanyak- banyaknya. Tingkat kedua ini tetap mengorientasikan perbuatan puasa pada muara kepentingan pribadi, tapi sudah lumayan karena dunia sudah engkau atasi. Engkau sudah tidak meremehkan kesucian dan ketinggian ibadah puasa untuk hal- hal remeh temeh di dunia. 

Namun, bila engkau memang Muslim yang berpasrah diri sepenuh- penuhnya kepada Alloh dan merindukan kualitas taqwa dan tauhid yang tertinggi, pamrih kepentingan ukhrawi pun engkau atasi. Memang Alloh tidak melarangmu untuk mempamrihi kehormatan di Akhirat, dan bahkan Alloh menyuruhmu untuk meminta apapun yang baik kepada-Nya.Tetapi kualitas tauhid dan kepasrahan yang total akan membawamu untuk tidak membawa pamrih apapun kecuali penyatuan kepada Alloh SWT. 

Inilah jenis kepentingan yang ketiga, kepentingan Ilahiyah murni. Sedemikian percayanya engkau kepada Alloh, sehingga engkau pasrah se pasrah-pasrahnya. Engkau membebaskan diri dari segala cita- cita dan kerinduan kepada dunia maupun surga. Engkau tiba pada tingkatan kesadaran bahwa engkau menjumpai dirimu, bahwa duniamu dan akhiratmu tidaklah penting, sebab yang sungguh- sungguh penting hanyalah Alloh SWT. 

Di tingkat ini termuat makna Al-Ikhlas. Katakan bahwa Alloh itu satu.. Bahwa Alloh itu satu- satunya dan sekaligus segala- galanya. Yang di hadapan-Nya engkau lebur dan lenyap. Dan itulah yang dimaksud dengan tauhid penyatuan diri dengan-Nya, peleburan, pelarutan dan peniadaan diri, sehingga yang ada hanya Alloh. Engkau, dirimu itu, tidak penting, kekayaanmu tidak penting, apalagi sekedar pangkat di dunia, karena hanya Alloh satu- satunya yang penting bagimu. 

 --Emha Ainun Nadjib--
disadur bebas oleh @cocoricodisko



Sumber: https://www.pamungkas.id/2013/06/puasa-vs-kepentingan.html