INDOKONTRAKTOR.comJAKARTA – Pandemi Covid-19 yang telah menyita perhatian dunia juga di Indonesia, telah mendorong semua pelaku usaha untuk turut berkontribusi memberikan solusi nyata dalam mengurangi penyebaran wabah tersebut. Berbagai kolaborasi dilakukan oleh perusahaan-perusahaan rintisan digital lokal (startup) agar penularan pandemi ini bisa mendekat titik nol.
Salah satunya adalah Gorry Holdings, perusahaan health-tech pengembang aplikasi GorryWell dan penyedia katering sehat secara daring, Gorry Gourmet, bersinergi dengan Persegi, perusahaan penyedia design & built serta platform peer to peer lending (P2P) Gradana memproduksi dan memberikan pengadaan untuk sterilizer room, sebuah bilik sterilisasi yang digunakan untuk mencegah mikroorganisme berbahaya yang terbawa masuk ke dalam ruangan melalui pakaian, tas, dan barang bawaan.
CEO Gorry Holdings Herry Budiman mengatakan, kotak antikuman dan virus tersebut bisa ditempatkan di gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bahkan kompleks perumahan. Menurut dia, “Ada banyak cara untuk menghindari Covid-19. Selain mengukur suhu tubuh, juga bias menggunakan sterilizer room. "Upaya-upaya seperti ini dilakukan untuk mensterilisasikan pakaian yang akan dikenakan pengunjung hingga barang yang dibawa, seperti tas, ketika akan masuk ke area publik, baik di masa karantina wilayah maupun pascakarantina,” tuturnya dalam keterangan resminya, hari ini.
Herry menjelaskan, kerjasama ini, Gorry Holdings menyediakan cairan pembersih yang komposisinya menggunakan senyawa kimia tidak berbahaya dan ekstrak minyak tumbuhan. Bahan tersebut juga mengandung pH modifier dan aman untuk lingkungan, bahkan memiliki efek minimum terhadap kulit manusia. Sebagai mitra resmi Kementerian Kesehatan sejak 2018, Herry mengklaim, Gorry Holdings berhati-hati dalam memilih senyawa untuk sterilizer room tersebut.
Adapun perakitan sterilizer room kerjakan oleh Persegi, sebuahtoko online furniture lokal yang menawarkan beragam kebutuhan interior, sehingga bias menghemat biaya pengiriman dibandingkan impor dariluar. Upayaini didukung oleh Gradana, yang memerupakan perusahaan fintech P2P yang fokus dalam pembiayaan properti. Angela Oetama, CEO Gradana bilang, selain dari keprihatinan atas kondisi yang saat ini yang mana banyak orang masih tetap harus bekerja atau keluar untuk kebutuhan seperti berbelanja makanan di supermarket atau ke bank, bilik anti virus ini sebagai bagian dari properti yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang mengharuskan karyawannya dating ke kantor, atau mereka yang bekerja di area-area publik serta yang jenis usahanya melibatkan kunjungan dari para konsumennya.
"Gradana mendukung denga nmemberikan pembiayaan, sehingga pembeliannya bias dicicil sehingga tidak memberatkan cash flow para pelaku usaha yang saat ini mungkin kondisinya pun tertekan akibat Covid-19 ini. Selain bias dipakai untuk kebutuhan internal,tuturnya, bilik ini juga dapat dimanfaatkan untuk media promosi dan juga sponsorship. “Bahkan bisa digunakan untuk program-program CSR. Misalnya perusahaan membel iproduk ini untuk dibagikan di daerah-daerah berzona merah. Di momen seperti ini, kita memang harus saling bekerjasama dan membantu masyarakat dalam melawan pandemic ini,” pungkasnya.
Pakar kedokteran kerja yang juga anggota Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI) Edi Alpino Rivai Siregar mengatakan, sejak mewabahnya Covid-19, banyak inovasi baru yang bias menjadi pencegah penyebaran virus tersebut di masyarakat, termasuk sterilizer room yang komposisinya menggunakan senyawa kimia dan ekstrak minyak tumbuhan. “Tumbuhan memang bias menjadi obat penangkal virus meskipun selama ini metodenya melalui konsumsi. Saat wabah ini pertama kali ada di China, obat-bat berbahan dasar tumbuhan menja dialternatif untuk proses pencegahan dan penyembuhan,” ungkapnya.
Menurutnya, inovasi apapun perlu diteliti lebih lanjut apakah bahan tersebut memiliki efeksamping atau tidak terhadap manusia. “Jika terjadi efek samping, apa yang harus dilakukan, bagaimana penangkalannya, dan seterusnya.Dan yang lebih penting lagi tentunya seberapa efektif bahan tersebut bias membunuh virus corona,” imbuh Ketua Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) RS Yarsi Jakarta yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebut.