Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia. Dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) sebanyak 250 juta jiwa, ada 2 (dua) kemungkinan yang akan terjadi di negara ini; menjadi negara dengan kualitas ekonomi terkuat atau justru menjadi yang semakin lemah karena tidak mampu memanfaatkan bonus demografi yang ada. Nah kita bisa melihatnya melalui dua indikator, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pendapatan Nasional Perkapita. Namun, yang akan kita bahas di sini adalah mengenai apa itu IPM, bagaimana cara menghitungnya dan apa saja upaya-upaya yang perlu dilakukan terhadap pembangunan kualitas penduduk Indonesia.
Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah
Human Development Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan
Human Development Report (HDR). Apa saja sebenarnya komponen dari IPM itu? IPM sendiri menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan, pendidikan dan pendapatan.
Seperti yang dijelaskan di atas, IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:
- Umur panjang dan hidup sehat
- Pengetahuan
- Standar hidup layak
Manfaat Laporan IPM bagi Pemerintah
- IPM digunakan sebagai indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
- IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.
- IPM digunakan sebagai ukuran kinerja Pemerintah.
- IPM digunakan sebagai salah satu penentuan proporsi Dana Alokasi Umum (DAU) yang harus digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan masyarakat.
Kita bisa melihat dan mengukur apakah negara kita sudah bisa menyamai China, India, Amerika, atau justru akan semakin jauh ketinggalan, melalui 3 macam tingkatan ini:
A. Tingkat Kesehatan
Kita bisa menilai tinggi rendahnya tingkat kesehatan suatu negara dari besar kecilnya angka kematian. IPM melalui perbaikan gizi bagi ibu dan bayi agar menjadi manusia yang sehat dan terhindar dari stunting atau bahkan kematian bayi baru lahir. Pemenuhan gizi balita pada seribu hari pertama sangatlah penting agar menjadi manusia sehat. Jika bayi tumbuh dengan kekurangan gizi pada seribu hari pertama, maka otak bayi tidak akan tumbuh sempurna sehingga berakibat stunting kontet atau kerdil.
Semakin rendah tingkat kesehatan, maka tingkat kematiannya pun akan semakin tinggi. Nah, penyebab rendahnya kualitas kesehatan adalah:
- Kurangnya sarana dan fasilitas kesehatan, khususnya di daerah terpencil.
- Kurangnya air bersih untuk keperluan sehari-hari.
- Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
- Penyakit menular dan lingkungan yang tidak sehat.
Dampak rendahnya tingkat kesehatan adalah sebagai berikut.
- Terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia.
- Tidak maksimalnya hasil kerja.
B. Tingkat Pendidikan
Tingkat pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tergantung dari sejauh mana tingkat pendidikannya. Selain sekolah, tingkat pendidikan bisa didapatkan dari keluarga, lingkungan, pengalaman dan lainnya. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi pada suatu bidang, ia sangat mungkin dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk menghasilkan karya atau mengolah sumber daya alam dengan baik. Sehingga taraf hidup pun meningkat.
Sejak dulu tingkat pendidikan di negara berkembang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju, apa alasannya:
- Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang rendah.
- Sarana dan fasilitas pendidikan yang tidak memadai dan seimbang dengan jumlah anak usia sekolah.
- Pendapatan penduduk per kapita yang rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan.
- Rendahnya penguasaan teknologi, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju.
- Rendahnya pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru.
Tingkat pendapatan suatu negara seringkali diukur berdasarkan pendapatan per kapitanya, atau jumlah pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Namun, tidak sedikit negara dengan pendapatan per kapita yang rendah, beberapa penyebabnya adalah:
- Pendidikan masyarakat rendah dan tidak banyak tenaga ahli.
- Jumlah penduduk banyak dan besarnya angka ketergantungan.
Dampak dari rendahnya tingkat pendapatan terhadap pembangunan adalah sebagai berikut.
- Rendahnya kemampuan daya beli masyarakat berakibat terhadap pembangunan di bidang ekonomi yang kurang baik.
- Pembangunan untuk hidup layak hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat golongan menengah ke atas.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2018 mencapai 71,39. Angka itu meningkat 0,58 poin atau tumbuh sebesar 0,82% dibandingkan 2017. Berikut ini perkembangan IPM di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam infografik.
Baca Juga: Beberapa Daftar Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Nah untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia, kita harus melihat terlebih dahulu komponen-komponennya. IPM memiliki 3 komponen yaitu, angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan tingkat kehidupan layak. Coba kamu perhatikan rumus-rumusnya di bawah ini ya.
Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung IPM.
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran.
Dengan menggunakan rumus tersebut, kita bisa melihat sejauh mana peningkatan kualitas pembangunan manusia dari tahun ke tahun. Sehingga akan terukur apakah proses pembangunan manusia di Indonesia dikatakan berangsur naik atau justru turun.
Sumber:https://www.pengadaan.web.id/2019/04/pengertian-indeks-pembangunan-manusia-ipm-dan-cara-menghitung.html