Konsultan Pengawas konstruksi di Ngawi

Cari & temukan Konsultan Pengawas konstruksi terbaik & terpercaya di Ngawi
FILTER BY

Tour Type

Duration

Ngawi
CV. ZURYA TETTA
Grade: K2
Asosiasi : GAPEKNAS
Ngawi
PT. SADA BANGUN UTAMA
Grade: K2
Asosiasi : GAPEKNAS
Ngawi
CV. PUTRA KANAWA
Grade: K2
Asosiasi : GAPEKNAS
Showing 1 - 3 of 3

Konsultan Pengawas konstruksi di Ngawi

Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi di Ngawi merupakan sebuah jasa yang menawarkan usaha jasa konstruksi rumah yang terletak di Ngawi Indonesia. Ngawi juga merupakan kota metropolitan yang sangat ramai penduduknya. Jika bicara tentang Ngawi, tentu tidak terlepas dari bayangan infrastruktur – infrastruktur yang mumpuni yang ada di Ngawi. Tentu saja infrastruktur tersebut ada dengan campur tangan para kontraktor yang telah melaksanakan pembangunannya. Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Ngawi tidak jauh beda dengan kontraktor yang berasal dari daerah lain. Kontraktor merupakan pelaksana konstruksi baik pembangunan baru maupun renovasi dari yang lama. Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Ngawi ini bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan Jasa Konsultan Pengawas konstruksi sesuai dengan kesepakatan kontrak dengan pihak pemberi kerja. Di Ngawi ada banyak sekali kontraktor yang tersebar di beberapa wilayah di Ngawi. di atas adalah daftar Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Ngawi (terutama kontraktor sipil) yang bisa menjadi rekomendasi terbaik

Cari juga di kota-kota di Ngawi:

Ngawi dilalui oleh Jalan Raya Nasional 17 serta Jalan Raya Nasional 30. Persimpangan jalan raya itu terletak tepat di Kota Ngawi yakni pada simpang empat Kartonyono dan simpang empat Karang Asri, sehingga Kota Ngawi dalam perkembangannya dari waktu ke waktu selalu dilintasi berbagai kendaraan. Tidak hanya itu, ada pula jalan antar kecamatan yang menghubungkan Kecamatan Ngawi dengan kecamatan lain. Jalan antar kecamatan yang dimaksud adalah:

Pada zaman dahulu Ngawi berasal dari kata awi/bambu dan sekaligus menunjukkan lokasi Ngawi sebagai kecamatan di bantaran sungai Bengawan Solo. Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di Ngawi telah berlangsung suatu aktivitas keagamaan sejak pemerintahan Airlangga yang masih bertahan hingga masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit..

Bahasa di wilayah Kecamatan Ngawi Kota tidak hanya bahasa Jawa saja, melainkan terdiri dari berbagai bahasa di Indonesia termasuk Bahasa Sunda, Bahasa Betawi, Bahasa Batak, Bahasa Madura, Bahasa Osing dan Bahasa Tengger. Bahasa Jawa Surabaya dan dialek arekan pun juga terdapat penuturnya di Kecamatan ini bagi yang merantau atau pendatang yang berdomisili di Kecamatan Ngawi.

Markas Polres Ngawi juga terdapat di Kecamatan Ngawi kota. Wilayah hukum Polres Ngawi yang ada di wilayah Ngawi kota yaitu Polsek Ngawi kota.

Meskipun lokasi ini diberi nama Taman Candi, bukan berarti terdapat sebuah candi di dalam taman. Candi adalah nama dusun lokasi taman berada yakni Dusun Candi, Desa Kartoharjo. Di dalam taman terdapat berbagai tanaman hias dan pepohonan. Jalan taman sudah diperbaiki sehingga dapat membuat nyaman para wisatawan yang sedang berjalan-jalan di dalam taman.

Ngawi merupakan markas dari Kodim 0805 dan Batalyon Armed 12 yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat di wilayah Kabupaten Ngawi. Wilayah satuan teritorial Kodim 0805 Ngawi di wilayah Ngawi kota adalah Koramil Ngawi kota.

Kota Ngawi memiliki sejumlah pusat-pusat perbelanjaaan modern, dan tersebar di sebagian wilayah kelurahan dan ada yang letaknya diluar wilayah Kecamatan Ngawi Kota. Pusat perbelanjaan yang ada di Ngawi adalah:

Jembatan dengan ketinggian 20 meter diatas bukit Pegunungan Kendeng ini dibangun secara swadaya oleh penduduk Dusun Napel, Desa Kerek. Bangunan jembatan dibangun dengan menggunakan bambu dan berpondasikan beton, jembatan ini menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan dari dalam negeri hingga wisatawan mancanegara. Rata-rata para wisatawan datang hanya sekadar untuk menikmati pemandangan langit Kota Ngawi dari bukit ketinggian. Wahana ini juga memiliki fasilitas antara lain:

Selain memiliki kawasan yang luas, Alun-Alun Ngawi juga memiliki sejumlah fasilitas. Alun-Alun Ngawi memiliki luas 68.310 meter persegi. Alun-Alun Ngawi menjadi Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) bagi pengujung dari luar Kecamatan Kota bahkan luar Kabupaten Ngawi.

Adapula taman terbuka hijau yang dibuat di kawasan perkotaan agar dijadikan sebagai tempat wisata bagi warga lokal maupun warga luar kota. Pembangunan sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung-sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung bertingkat mulai bertebaran di wilayah ini salah satunya adalah pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan. Untuk mengakomodir kebutuhan pejalan kaki dan wisatawan, pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya Kecamatan Ngawi membangun jalur sepeda di sejumlah jalan utama di Ngawi, serta jalur pedestrian yang hampir merata di seluruh wilayah Ngawi.

Benteng Van den Bosh secara administratif terletak di wilayah Keluharan Pelem, Kecamatan Ngawi, Ngawi, Jawa Timur. Benteng ini diketahui dibangun pada pertengahan abad ke-19. Alasan Pemerintah kolonial Belanda membangun Benteng Van den Bosch ini berawal ketika Ngawi berhasil diduduki Belanda pada tahun 1825. Ngawi dikala itu dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur melalui sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun dan menjadi salah satu pintu gerbang menuju kabupaten dan kota di Jawa Timur.

Agama lain yang dianut oleh penduduk Kecamatan Ngawi selain Islam dan Kristen yaitu Buddha 45 jiwa (0,05%), Hindu 29 jiwa (0,03%) dan sisanya adalah Aliran Kepercayaan YME sebanyak 4 jiwa (0,01%).

Ngawi dipimpin oleh seorang camat yang kemudian dibantu oleh sekretaris camat atau sekcam dalam melaksanakan tugasnya. Camat Ngawi kota saat ini adalah Dodi Aprilasetia yang menjabat sejak akhir tahun 2022 lalu dibantu oleh seorang sekretaris camat bernama Agung Wahyu Wibowo

Ngawi terletak di tengah bagian utara kabupaten Ngawi. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Kecamatan Kasreman dan Pangkur di sebelah timur, Kecamatan Kwadungan dan Geneng di sebelah selatan, Kecamatan Paron di sebelah barat serta Kecamatan Pitu dan Margomulyo di sebelah utara. Mayoritas wilayah Kecamatan Ngawi merupakan dataran rendah yaitu 72,08% dengan ketinggian antara 43 – 57 meter di atas permukaan laut, sedangkan sisanya merupakan daerah perbukitan yaitu 27,92% yang berada di wilayah Ngawi utara yakni Desa Kerek, Desa Ngawi, Desa Banyuurip dan sebagian wilayah Desa Karangtengah Prandon sebelah utara dengan ketinggian antara 57 – 133 meter di atas permukaan laut. Struktur tanah di Ngawi terdiri dari tanah aluvial, hasil endapan sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, di bagian utara dan timur laut terdapat perbukitan yang termasuk dalam kawasan pegunungan Kendeng yang mengandung kadar kapur tinggi karena mayoritas tanah di Ngawi sebelah utara dan timur laut berupa tanah padas yang kurang subur. Di Ngawi terdapat dua buah sungai yakni Bengawan Solo dan Madiun. Sungai Bengawan Madiun adalah salah satu dari dua sungai utama yang membelah sebagian wilayah Ngawi yakni Kecamatan Ngawi sebelah barat dan Kecamatan Ngawi sebelah timur atau yang sering disebut wilayah Ngawi purba. Area sawah dan perkebunan terdapat di kawasan barat, selatan dan timur Kecamatan Ngawi kota sedangkan area hutan berada di Ngawi sebelah utara yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Margomulyo.

Kota Ngawi terdapat rumah sakit yang dikelola berbagai pihak baik pemerintah daerah, hingga swasta. Rumah sakit di Kabupaten Ngawi juga terpusat pada Kecamatan Ngawi kota. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdapat dua tempat di Ngawi, yakni Puskesmas Ngawi dan Puskesmas Ngawi Purba. Puskesmas pembantu (Pustu) di wilayah Kota Ngawi jumlahnya sebanyak tiga Puskesmas, kewenangannya dibawah kedua Puskesmas yang ada di Kota Ngawi. Di beberapa titik Kota Ngawi juga terdapat beberapa klinik pengobatan herbal dan tradisional untuk pengobatan dengan bahan-bahan alami.

Orek-Orek merupakan salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal dari wilayah Kabupaten Ngawi khususnya di Kecamatan Ngawi. Tarian ini populer pada Tahun 1980, tarian ini dilakukan ketika diadakan perhelatan atau acara hajatan warga maupun pemerintah dan hampir di setiap acara Tari Orek-Orek berisi gerakan-gerakan yang dinamis serta di lakukan oleh sepasang pemuda-pemudi berjumlah empat hingga sepuluh orang dan perlu di ketahui bahwa kesenian Orek-Orek ini sudah ada sejak jaman pemerintahaan kolonial Belanda sebelum kemerdekaan Indonesia.

Dalam menciptakan Tari Orek-Orek, ibu Sri Widajati mengambil dua unsur dari kesenian Orek-Orek yaitu Gending Orek-Orek dan lirik lagu Orek-Orek. Gerakan Tarian Orek-Orek diambil dari sejarah kesenian Orek-Orek yaitu tentang para pekerja yang membangun bendungan dan jembatan pada masa kolonial Belanda. Tari Orek-Orek menggunakan musik laras slendro. Tari Orek-Orek terdiri atas gerakan yang dinamis dan nyanyian yang diiringi musik. Penari pada Tari Orek-Orek terdiri atas pria dan wanita berpasangan, dapat dilakukan oleh sepasang atau beberapa pasang orang, biasanya tarian ini dilakukan oleh pemuda-pemudi. Kesenian ini dinamakan Orek-Orek dikarenakan tiga alasan antara lain bentuk kesenian ini morat-marit atau bercorak ragam, seni ini menggunakan iringan Gending Orek-Orek dengan wajah para pemain kesenian dicoret menggunakan arang.

Tarian orek-orek ini menggambarkan kegirangan kaum pemuda-pemudi setelah melakukan kerja ”Rodi“ yang di perintahkan oleh Pemerintahan Belanda yang saat itu Pemuda Ngawi dipaksa untuk membangun sebuah jalan trans Jawa dari Ayer sampai Panarukan. tidak hanya Pemuda Ngawi saja yang di paksa kerja Rodi, namun juga banyak dari kaum pemuda-pemudi dari daerah lain, seusai bekerja mereka melakukan berbagai pertunjukan, seperti bermain Ketoprak, Ludruk dan mereka menari tarian ini bersama sebagai hiburan untuk melepas rasa lelah setelah bekerja.

Kepatihan lama sendiri adalah bangunan tua yang berada di Kecamatan Ngawi Kota. Tepatnya di Jalan Patiunus, Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi. Bangunan ini memiliki sejarah yang besar bagi kecamatan atau bahkan bagi kabupaten Ngawi. Pasalnya bangunan ini dulu adalah kantor kepatihan yg pernah ada di wilayah Ngawi. Bahkan pahlawan HOS Cokroaminoto, raja jawa tanpa mahkota, pernah bekerja disini sebagai juru tulis. Beliau keluar karna melihat ketidak sewenang wenanganya Belanda kepada kaum pribumi. Hingga kini bangunan ini telah mengalami renovasi sehingga menjadi salah satu Objek Daya Tarik Wisatawan di wilayah Kecamatan Ngawi Kota.

Ngawi juga terdapat pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mall/supermarket), pusat grosir, dan tradisional. Alfamart, Alfamidi dan Indomaret juga menjamur di daerah Ngawi, hampir setiap tempat di penjuru Ngawi ada minimarket tersebut.

Ngawi berasal dari kata “awi” yang artinya bambu kemudian mendapat tambahan huruf sengau “ng” di depan huruf awi untuk mempermudah dalam pengucapannya sehingga pada awalnya adalah nama awi yang dipakai lalu menjadi “ngawi”. Seperti halnya dengan nama di daerah lain yang banyak menggunakan nama-nama tumbuhan. Sama halnya seperti Kecamatan Ngawi yang letak fisiknya dilewati oleh sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi pohon bambu.

Kecamatan Ngawi kota memiliki sejumlah stasiun televisi lokal dan nasional dan berlangganan yang tersedia di wilayah ini adalah :

Ngawi mempunyai beragam aneka kuliner, dari makanan hingga minuman. Berikut daftar nama makanan dan minuman khas Ngawi:

Disamping itu pula Kecamatan Ngawi kota terdapat beberapa pasar tradisonal juga pasar hewan, yakni Pasar Besar Ngawi, Pasar Beran, Pasar Grudo, Pasar Krempyeng (Watualang), Pasar Brangetan atau Ngawi purba. Pasar hewan di wilayah Ngawi kota ada dua, yakni pasar hewan legi sekaligus pasar loak yang terletak di Desa Kandangan dan Pasar Ayam Koplak'an di Kelurahan Karangtengah Kota.

Jembatan wisata di Bukit Kerek Indah Ngawi, tepatnya di Dusun Napel, Desa Kerek, Kecamatan Ngawi adalah sebuah destinasi wisata yang dibangun oleh warga lokal. Hal ini berawal ketika ada sekelompok warga desa ingin mengembangkan sektor pariwisata yang ada di daerahnya.

Benteng Van den Bosch di Kelurahan Pelem, kecamatan Ngawi kota, dibangun pemerintahan Belanda pada 1839–1845 dengan nama Fort Van den Bosch. Benteng ini kerap disebut "Benteng Pendem" Benteng ini memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 Ha. Lokasinya mudah dijangkau yakni dari Alun-alun Kabupaten Ngawi atau dari titik nol kilometer Ngawi berjarak 1,5 km ke arah timur laut.

Kondisi geologi Kota Ngawi terdiri dari Daratan Alluvium, Litosol, Mergel dan Kapur. Berdasarkan kondisi geologi, Ngawi dikategorikan ke dalam kawasan yang relatif aman terhadap bencana gempa bumi karena letaknya jauh dari jalur sesar Kendeng yang berada di wilayah Kecamatan Randublatung dan sebagian besar wilayah Kabupaten Bojonegoro. Wilayah ini memiliki kontur tanah yang labil atau bergerak saat musim kemarau yang berupa tanah berongga atau tanah retak sehingga pembangunan infrastruktur memerlukan rekayasa geoteknik.

Kebanyakan siswa di wilayah Kecamatan Ngawi kota melanjutkan pendidikan tinggi ke luar kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jakarta, Bandung, Malang dan Bogor. Mahasiswa dari Kabupaten Ngawi secara khusus di Kecamatan Ngawi kota tergabung dalam organisasi FORSMAWI INDONESIA yang memiliki kegiatan di bidang pendidikan dan sosial. Meski begitu terdapat juga sejumlah perguruan tinggi di Kecamatan Ngawi. Sekolah Tinggi di Ngawi jumlahnya hanya sedikit, hanya lima kampus. Berikut beberapa nama kampus yang ada di Kecamatan Ngawi Kota:

Gerbang Tol di Ngawi terletak pada Km 579. Sedangkan gerbang tol Ngawi merupakan sebuah titik pisah dimana Tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono terhubung.

Stasiun ini melayani rute ke berbagai kota di pulau Jawa. Dan stasiun ini juga melayani penumpang yang akan berangkat ataupun tiba di wilayah Kecamatan Ngawi. Berikut adalah daftar kereta yang dilayani dan yang melewati stasiun ini:

Dahulu stasiun ini bernama Stasiun Paron, karena kondisi penumpang yang dilayani meningkat dan stasiun ini dijadikan sebagai stasiun utama di Kecamatan Ngawi bahkan Kabupaten Ngawi yang sekaligus melayani penumpang dari wilayah Kota, stasiun ini berubah nama menjadi Stasiun Ngawi.

Hal ini diperkuat dengan beberapa prasasti, salah satunya adalah Prasasti Cangu yang merupakan peninggalan Raja Hayamwuruk (Sri Rajasanegara) dari Majapahit yang berangka tahun Saka 1280 (1358) yang menyebutkan bahwa Ngawi merupakan daerah swastantra. Fragmen-fragmen percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa Eropa khususnya Belanda yang cukup lama menguasai pemerintahan di Indonesia.

Agama lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen sebanyak 2.439 jiwa (2,84%) dimana Protestan berjumlah 1.704 jiwa (2%) dan Katolik sebanyak 735 jiwa (0,84%). Penganutnya mayoritas berasal dari etnis Tionghoa dan etnis Indonesia Timur dan minoritas suku Jawa setempat. Di Kecamatan Ngawi ini juga terdapat beberapa Gereja diantaranya adalah Gereja Katolik Santo Yosef Ngawi, GKJW Ngawi, GPdI Karang Asri, GBIKA Ngawi dan lain sebagainya.

Penduduk di Kecamatan Ngawi kota mayoritas bekerja di sektor jasa, industri maupun perdagangan. Kecamatan Ngawi adalah pusat perdagangan, bisnis dari Kabupaten Ngawi yang mengalami perkembangan pesat. Industri besar dan menengah antara lain: PT Dwi Prima Sentosa, Wilmar Padi groups, Shou Lang Lastindo, Surya Bambu Timur dll.

Setiap gerakan tari Orek-orek terdapat makna simbolis yang terkandung didalamnya, seperti pada kostum dan gerakannya yang menggambarkan seorang pekerja keras. Selain memiliki makna simbolis, tari Orek-orek juga memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti nilai religius (berdoa dan memohon kepada Tuhan), nilai moral (keseriusan dalam bekerja), hal tersebut menjadi alasan utama Ibu Sri untuk melestarikan tari Orek-orek.

Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Pitu dan Kecamatan Margomulyo yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bojonegoro di sebelah utara, Kecamatan Kasreman dan Kecamatan Pangkur di sebelah timur, Kecamatan Geneng, Kecamatan Kwadungan dan Kecamatan Paron di sebelah selatan, Kecamatan Paron di sebelah barat.

Per tanggal 31 Desember Tahun 2023 Agama mayoritas di Kecamatan Ngawi adalah Agama Islam yang total pemeluknya mencapai 97,06% atau sebanyak 83.259 jiwa dari keseluruhan penduduk Kecamatan Ngawi yang berjumlah 85.776 jiwa. Di Ngawi juga berdiri Masjid Agung Baiturrahman yang merupakan masjid terbesar di Kecamatan bahkan di Kabupaten Ngawi. Masjid di Kecamatan kota ini hampir merata hingga ke pinggiran wilayah Kecamatan Ngawi.

Taman wisata ini tentu memiliki filosofi tinggi di bagian timur Kota Ngawi. Lokasinya cukup dekat dari tugu gading emas Kartonyono, persimpangan jalan poros Kota Ngawi. Dari lokasi Tugu Kartonyono menuju ke arah timur sekitar 1 km. Di bagian depan ada tulisan Taman Dungus yang sesuai dengan nama letak administrasinya yakni di Dusun Dungus, Desa Karang Asri. Taman Dungus berada tak jauh dari bantaran Sungai Bengawan Madiun yakni sekitar 150 meter ke arah timur laut.

Secara administratif, wilayah Kecamatan Ngawi memiliki 12 Desa dan 4 Kelurahan yang terbagi menjadi 86 Dusun atau Lingkungan (dari total 213 desa, 4 kelurahan dan 971 dusun/lingkungan di Kabupaten Ngawi). Berikut daftar nama Desa dan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Ngawi:

Letak benteng ini dinilai strategis karena letaknya yang berada di dekat muara sungai Bengawan Madiun yang bermuara ke sungai Bengawan Solo. Benteng ini dulu sengaja dibuat lebih rendah dari tanah sekitar yang dikelilingi oleh tanah tinggi sehingga tidak terlihat dari luar.

Pada zaman pemerintah kolonial Belanda, Belanda mengatakan Bahwa perayaan mereka terlihat morat-marit. Hal ini dikarenakan para pekerja berasal dari berbagai macam daerah, sehingga tarian mereka memiliki keunikan masing-masing dan dari kata “morak-marik” atau “urak-arik” lalu kemudian banyak yang menyebutnya “orek-orek”.

Satu-satunya sekolah menengah atas di wilayah Kota Ngawi hanyalah SMA Negeri 1, sedangkan SMA Negeri 2 Ngawi meski memakai nama Kecamatan Ngawi kota namun letak fisiknya berada di Kecamatan Geneng. Sekolah Menengah Atas di Kota Ngawi didominasi oleh sekolah swasta, yakni mencapai tiga sekolahan. Jumlah keseluruhan sekolah lanjutan atas negeri maupun swasta di Kota Ngawi sebanyak empat sekolahan. Sekolah Kejuruan di Kota Ngawi jumlahnya dua kali lipat dari Sekolah Menengah Atas. Jumlah sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung sekolah Menengah Kejujuran di Kota Ngawi mencapai delapan sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung sekolah, terdiri dari dua sekolah negeri yakni SMKN 1 Ngawi, SMKN 2 Ngawi dan enam sekolah swasta. Disamping itu ada pula dua Madrasah Aliyah yang terdapat di wilayah Kecamatan Ngawi kota. berikut daftar nama sekolah menengah atas dan kejujuran di Kota Ngawi:

Dialek Jawa Mataraman merupakan sebuah dialek bahasa Jawa yang banyak dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Ngawi khususnya di wilayah Kecamatan Ngawi dan bekas wilayah keresidenan Madiun, Kediri, dan Bojonegoro. Istilah "Mataraman" merujuk pada suatu wilayah kebudayaan yang meliputi wilayah Jawa Timur bagian barat-selatan karena wilayah tersebut pernah dikuasai oleh Kesultanan Mataram di Jawa Tengah. Dialek ini juga dituturkan oleh sebagian masyarakat di Lamongan, sebagian barat Malang, sebagian barat Jombang, dan bagian selatan Banyuwangi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah persentase penutur bahasa Jawa dialek Mataramam mencapai 34,62% dari jumlah penduduk Jawa Timur secara keseluruhan.

Secara umum bidang pendidikan di Kota Ngawi masih didominasi oleh sekolah negeri, terutama untuk tingkat dasar. SD Negeri tersebar di semua kelurahan maupun desa melalui program SD Inpres, namun diantara sekolah negeri tersebut ada SD swasta yang jumlahnya sedikit. Jumlah total sekolah dasar negeri maupun swasta di Kota Ngawi mencapai tiga puluh enam sekolahan. Sedangkan jumlah Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Ngawi kota totalnya sebanyak delapan sekolahan.Berikut nama-nama sekolah dasar yang ada di Kecamatan Ngawi Kota:

Suku Jawa adalah suku mayoritas atau yang mendominasi penduduk wilayah Kecamatan Ngawi kota selain suku Madura, Tengger, Osing, Sunda, ataupun suku yang ada diluar pulau Jawa. Seperti pada kebanyakan kelompok etnis Indonesia yang lain, termasuk masyarakat Sunda salah satunya. Masyarakat Jawa merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari dataran Taiwan atau China bagian selatan dan bermigrasi melalui Filipina dan Sulawesi terlebih dahulu untuk mencapai pulau Jawa antara abad ke 15 SM hingga abad yang ke 10 SM

Kawasan itu dulunya adalah tanah lapang tandus hanya rerumputan yang menghiasi dari taman tersebut. Tak jarang hewan ternak warga terlihat berada di tanah lapang ini dulu seperti Sapi, Kambing, Kerbau dan domba. Sekarang taman ini menjadi sebuah destinasi bagi para wisatawan dan pelancong. Destinasi wisata baru di Ngawi yang berjarak satu kilometer dari pusat kota ini di remikan pada tanggal 7 Desember 2019 oleh Bupati Ngawi.

Kota Ngawi juga memiliki sejumlah infrastruktur mulai dari jalan lingkar luar, tol, sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung perkantoran dan hotel maupun ruang terbuka hijau yang dibangun di kawasan perkotaan. Pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya Dinas PUPR membangun jalan lingkar selatan pada tahun 1997 untuk mengurangi jumlah kendaraan besar yang melintas di dalam kota yang dapat menyebabkan kemacetan dan jalan rusak. Ada rencana pembangunan jalan lingkar utara yang melewati luar kota yakni Kecamatan Pitu dan Kecamatan Kasreman untuk membangun perekonomian warga sekitar Kecamatan Ngawi di bagian utara. Tol Ngawi-Kertosono maupun Solo-Ngawi juga memiliki gerbang tol di dalam kota. Tujuan pembangunan gerbang tol di wilayah Kecamatan Ngawi kota adalah agar dapat menggerakkan perekonomian masyarakat Kabupaten Ngawi khususnya Kecamatan Ngawi.

Angkutan dalam kota di wilayah Kecamatan Ngawi kota juga dilayani oleh taksi online (Grab Car dan Go Car), angguna, ojek konvensional, ojek online Grab dan Go Ride, becak, becak motor atau bentor serta beberapa jasa sewa mobil yang tersedia di wilayah Kecamatan kota ini sebagai pilihan lain dalam berkeliling ke seluruh penjuru Kota Ngawi.

Pemerintah kolonial Belanda menginginkan kedudukan dan fungsi strategis Ngawi serta menguasai jalur perdagangan trans Jawa kala itu. Oleh sebab itu, akhirnya Belanda memutuskan untuk mendirikan sebuah bangunan pemerintahan yang berwujud benteng akhirnya dinamai Benteng Van den Bosch. Pemerintah kolonial Belanda menggunakan benteng ini sebagai perlindungan ketika melawan perjuangan Pangeran Diponegoro. Di benteng ini terdapat makam K.H Muhammad Nursalim, seorang ulama terkemuka yang juga merupakan pejuang dan pendamping Pangeran Diponegoro. Lalu ia ditangkap Belanda kemudian dipenjara dan dikubur hidup-hidup. Kyai Muhammad Nursalim juga dikenal sebagai sosok penyebar agama Islam pertama kali di Ngawi.

Bukan hanya Ngawi saja yang memiliki tokoh. Kecamatan Ngawi juga memiliki sejumlah nama tokoh, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional. Berikut sederet nama-nama tokoh yang berasal dan memiliki kaitannya dengan Kecamatan Ngawi:

Kecamatan Ngawi terletak di tengah Kabupaten Ngawi yang sekaligus Ngawi bagian kota. Luas wilayah Kecamatan Ngawi adalah 73,22 km2. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 4 Kelurahan dan 12 Desa, 86 Dusun.

Budaya Jawa merupakan budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan termasuk wilayah Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Jawa Kulonan (Banten Utara-Jawa Barat Utara-Jawa Tengah Barat), budaya Jawa Tengah(Timur)-DIY, dan budaya Jawa Timuran. Budaya Jawa mengutamakan keadilan, keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi etika dan kesederhanaan dalam bersosial. Budaya Jawa selain terdapat di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan sampai pada Benua Amerika Selatan yakni Suriname. Bahkan budaya Jawa sendiri termasuk salah satu budaya Indonesia yang banyak diminati oleh mancanegara termasuk Wayang kulit, Keris, Batik, Kebaya, dan Gamelan.

Secara astronomis, wilayah Kecamatan Ngawi terletak pada posisi 7°35’–7°48’ Lintang Selatan dan 111°38’–111°50’ Bujur Timur. Secara geografis, wilayah Kecamatan Ngawi terletak diantara dan diapit oleh dua sungai besar, yakni sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang bermuara tepat di bagian utara Kecamatan Ngawi.

Kota Ngawi juga termasuk salah satu daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Dan masuk lintas segmen Jalan Tol Solo–Kertosono. Rincian pembagiannya yaitu di sisi barat ada Tol Solo–Ngawi, sedangkan di sisi timur ada Tol Ngawi–Kertosono, yang sejajar dengan jalur kereta api lintas selatan Jawa. Gerbang Tol Ngawi menjadi akses satu-satunya keluar masuk kendaraan yang akan menuju ke kota lainnya di Pulau Jawa dan datang ke Kecamatan Ngawi bahkan ke Kabupaten Ngawi.

Kecamatan Ngawi Kota juga memiliki klub olahraga yang merupakan sebagian kecil dari klub-klub olahraga yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi. Berikut beberapa klub olahraga yang ada di wilayah Ngawi kota:

Lokasi Benteng Van Den Bosch sengaja dibuat rendah dari tanah sekitarnya yang lebih tinggi agar tersembunyi dan memenuhi unsur ideal bagi suatu benteng pertahanan. Namun dengan hebatnya arsitek Belanda saat itu dalam mendesain saluran drainase, walaupun berposisi lebih rendah dari tanah sekitarnya, lokasi Benteng tersebut mampu terhindar dari banjir. Oleh karena itu, Benteng Van Den Bosch ini juga dikenal dengan sebutan benteng pendem oleh sejumlah masyarakat di Ngawi.

Tari Orek-orek merupakan tari khas Kecamatan Ngawi khususnya wilayah Kabupaten Ngawi. Tari Orek-orek diciptakan sebagai pengganti seni budaya Orek-orek yang telah punah dikarenakan sudah tidak ada peminatnya. Kesenian Orek-orek bukanlah seni tari melainkan seni drama sama halnya dengan teater. Ibu Sri Widajati adalah seorang seniman yang berasal dari Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, ia adalah penggagas tari Orek-orek yang bekerja sama dengan Pemkab Ngawi kala itu untuk menciptakan tarian khas daerah.

Meskipun Kecamatan Ngawi Kota tidak dilintasi jalur kereta api Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, tetapi stasiun ini menjadi stasiun utama bagi Kecamatan Ngawi karena banyak diantara penumpang yang berangkat atau datang di Kecamatan kota ini melalui stasiun Ngawi. Untuk lokasi Stasiun Ngawi sendiri tidak terletak di Kota Ngawi, tetapi letak bangunan fisiknya berada di kecamatan Paron.

Penduduk asli atau suku yang mendiami Kabupaten Ngawi adalah suku Jawa, demikian juga di kecamatan Ngawi. Meski demikian, penduduk dari suku lain pun juga ada yang berdomisili di kecamatan ini. Kaum Orang Tionghoa di Kecamatan Ngawi merupakan perantau yang berasal dari Tiongkok yang datang ke Ngawi pada zaman pra kemerdekaan RI. Rata-rata permukiman orang-orang etnis Tionghoa di Ngawi berada di kampung Pecinan, lebih tepatnya di lingkungan atau dusun Sidomulyo, Kelurahan Ketanggi. Orang keturunan Tionghoa di Ngawi sebagian besar bekerja di bidang layanan, jasa (termasuk pertokoan) maupun industri. Kecamatan ini juga merupakan pusat domisili dari semua orang-orang etnis Tionghoa yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi mengingat kapasitas kecamatan ini sebagai ibu kota dan pusat perekonomian dari Kabupaten Ngawi. Suku bangsa lain yang ada di Kecamatan Ngawi selain suku Jawa yang mendominan yang tinggal di Kecamatan ini meliputi suku Madura, Osing, Bawean, Tengger, Banjar, Samin, Bali, Sunda, Aceh, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis, Ambon, Batak, Minangkabau, Betawi dan sebagian warga asing yang juga termasuk orang keturunan Arab.

Bahasa yang sering diucapkan sehari-hari oleh masyarakat Kota Ngawi yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang menjadi bahasa utama yang mendominan di Kota Ngawi.

Kesenian Orek-orek dibangkitkan kembali oleh seorang warga Ngawi yakni Ibu Sri Widajati dengan hasil yang berbeda, hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menarik generasi muda meningkatkan kesenian khususnya bidang seni tari, Karena pada saat itu Kecamatan Ngawi minim seni tari, sehingga menimbulkan keinginan Ibu Sri untuk menghidupkan kembali kesenian Orek-orek dalam wujud tarian. Pada tahun 1981 tari Orek-orek mulai dikembangkan oleh masyarakat setempat dengan wujud tari berpasangan laki-laki dan perempuan yang berdurasi waktu sekitar 8 menit, lalu kemudian dipatenkan gerak tari Orek-orek menjadi 18 ragam gerak.

Hal yang paling terlihat dari bahasa Jawa dialek ini adalah penggunaan bahasa yang masih terkesan halus. Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman terdapat perbedaan pada intonasi dengan bahasa Jawa standar karena sering memberi tekanan pada suku kata pertama, sebagai contoh "Byuh-byuh, uayuné cah iki" ("Waduh, cantiknya anak ini").

Sementara SMP Negeri di Kecamatan Ngawi didominasi oleh sekolah swasta yang jumlahnya mencapai delapan sekolahan. Namun jumlah SMP Negeri di Kota Ngawi angkanya hampir berimbang, yakni dengan enam sekolah negeri. Disamping itu ada pula dua Madrasah Tsanawiyah yang berada di Kecamatan Ngawi kota. berikut beberapa nama sekolah menengah pertama di wilayah Kota Ngawi:

Iringan yang digunakan adalah gending Orek-orek yang sudah ada sebelum tari Orek-orek diciptakan. Ibu Sri sebagai pencipta tari Orek-orek membuka sanggar tari yang diberi nama Sri Budaya sebagai wadah kesenian masyarakat. Sejak tahun 1981 hingga saat ini tari Orek-orek telah mengalami perkembangan yakni perubahan bentuk koreografi yang tidak hanya ditarikan oleh berpasangan, tetapi dapat ditarikan secara tunggal. Pada tahun tersebut tari Orek-orek mulai dijadikan pemerintah sebagai icon dari Kecamatan Ngawi khususnya wilayah diatasnya yakni Kabupaten Ngawi, dikarenakan pada saat itu Kecamatan Ngawi tidak memiliki tarian kecuali tari Orek-orek. Di sisi lain tari Orek-orek memiliki gerakan yang mudah dipelajari, sehingga tarian tersebut diangkat sebagai tarian khas Kecamatan Ngawi. Kemudian kebijakan Pemerintah Kabupaten Ngawi khususnya Kecamatan Ngawi yang kian gencar melakukan upaya demi melestarikan tari orek-orek, seperti pelatihan tari orek-orek terhadap guru se-Ngawi.

Tol Ngawi-Kertosono juga menjadi jalur utama bagi industri pangan dan pariwisata di Jawa Timur. Tol Ngawi-Kertosono membentang sejauh 88,7 kilometer. Jalur bebas hambatan ini mulai dilewati pada bulan Maret tahun 2018 dan Desember 2018 hingga dioperasikan secara penuh. Jalan Tol ini terintegrasi dengan Tol Solo-Ngawi dan Kertosono-Mojokerto. Jalan Tol Ngawi-Kertosono ini mempunyai sebuah peranan di jaringan Tol trans-jawa yang mendukung pemerataan pembangunan di wilayah pulau Jawa.

Kepatihan Ngawi merupakan salah satu wisata budaya di Ngawi yang terletak di eks-Kepatihan di Jalan Patiunus, Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi, Ngawi. Bangunan ini termasuk bangunan peninggalan Patih Pringgokusumo, tokoh penting dalam sejarah Kepatihan Kadipaten Ngawi. Rumah Joglo dan lahan seluas 2 hektare tersebut merupakan milik pemerintah daerah Ngawi yang didambakan dapat menjadi salah satu daerah pusaka di Indonesia. Kepatihan ini termasuk bangunan peninggalan masa lalu yang memiliki nilai sejarah tinggi dalam mempertahankan Ngawi dimasa kolonial Belanda.

Pemandangan yang terlihat dari jalan masuk ke taman adalah kali mati atau cekungan Bengawan Madiun. Taman Candi berada di bantaran Bengawan Madiun yang sudah tidak menjadi aliran utama sehingga airnya tenang. Sungai di kawasan Taman Candi tersebut adalah hasil normalisasi DAS Bengawan Madiun yang dilaksanakan pada tahun 1971.

Pemerintah merubah wajah trotoar di sepanjang kawasan jalan Yos Sudarso yang semula hanyalah jalan protokol biasa tetapi dirubah sedemikian rupa hingga berbentuk kawasan jalur pedestarian kota. Sekarang banyak warga sekitar menyebutnya "Ngawioboro Street" atau "Malioboro-nya" Kecamatan Ngawi. Fasilitas tambahan seperti adanya deretan kursi panjang dan kursi bulat berbentuk kartun kepik yang menjadi perhatian bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Lalu ada beberapa meja dan lampu hias berwarna kuning krem yang memberi kesan yaitu kesan klasik seperti halnya tempat wisata di luar negeri.

Peninggalan lain adalah berupa benteng Van den Bosch. Sekarang dinamakan benteng Pendem dikarenakan lokasi benteng tersebut letaknya di bawah tanah sehingga tidak terlihat dari luar. Adapun letaknya di sudut pertemuan di antara 2 sungai Bengawan Solo dan Madiun. Benteng Van Den Bosch dibangun antara tahun 1839-1845 oleh pemerintah Hindia Belanda, dimana pada waktu itu Ngawi mempunyai kedudukan penting dalam bidang transportasi. Dengan peranan yang cukup penting pada masa lalu, sehingga Ngawi dapat bertahan dan berkembang menjadi sebuah kecamatan bahkan cikal bakal dari kabupaten itu sendiri. Disamping itu, Ngawi sejak zaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting.

Ngawioboro Street merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung atau wisatawan berjalan menyusuri trotoar jalur pedestarian dari perempatan Tugu Gading Kartonyono di sebelah selatan hingga Alun-alun Kabupaten Ngawi di sebelah utara. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan dibuat berbagai jenis spot atau titik keunikan di sepanjang jalur ini. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat.

Iklim di Kecamatan Ngawi Kota adalah iklim tropis, sama halnya dengan iklim di Kabupaten Ngawi. Suhu, cuaca, curah hujan dan kelembaban udara di Kecamatan Ngawi Kota tidak jauh berbeda dengan iklimnya Kabupaten Ngawi. Namun selisihnya hanyalah beberapa angka saja. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kecamatan Ngawi termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di Ngawi rata-rata 163 mm per bulan dan 1.951 mm per tahun. Curah hujan tertinggi di atas 200 mm terjadi pada bulan Januari hingga Maret dan November hingga Desember. Suhu udara rata-rata di Ngawi berkisar antara 24,7 °C hingga 29,8 °C.

Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk di kecamatan ini mencapai 85.776 jiwa dengan kepadatan sekitar 1.171 jiwa per kilometer persegi, hampir sepersepuluh dari keseluruhan penduduk Kabupaten Ngawi berdomisili di kecamatan ini. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 73,22 km² di mana sekitar 48 persen atau 34,96 km² berupa lahan sawah, sungai dan perkebunan, sisanya berupa lahan pemukiman, perkantoran atau instansi, pertokoan, industri dan infrastruktur perkotaan lainnya. Denny Caknan, musisi campursari dangdut koplo terkenal lahir di kecamatan ini.

Desain Alun-alun Ngawi menyerupai sumbu simetris merupakan konsep tatanan jawa antara lain, Catur Gatra menjadikan pusat pemerintahan Kabupaten Ngawi, Lembaga pemasyarakatan atau disingkat (Lapas), Masjid Agung, sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Makodim serta instansi kabupaten lainnya dan Alun-alun yang saling berdekatan dan mengelilingi segi empat Alun-alun. Fasilitas-fasilitas yang ada di alun-alun Kota Ngawi antara lain:

Cabang olahraga yang berkembang di wilayah Kota Ngawi di antaranya adalah sepak bola, basket, bulu tangkis, tennis, voli, renang, dan lain sebagainya. Ngawi memiliki sebuah stadion yakni Stadion Ketonggo. Selain stadion, Ngawi juga memiliki sebuah sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung olahraga atau disingkat GOR walau letaknya diluar wilayah Kecamatan Ngawi Kota termasuk wilayah Desa Klitik, Kecamatan Geneng. Hampir semua kegiatan olahraga di wilayah Kecamatan Ngawi berpusat di sertifikasi.co.id/skk-konstruksi-ahli-rekayasa-konstruksi-bangunan-gedung/">gedung tersebut.

Di dalam kali mati juga terdapat ikan air tawar yang menjadi hiburan utama bagi wisatawan yang disediakan untuk tempat pemancingan. Namun, pengunjung hanya diperbolehkan menangkap ikan dengan memancing. Aturan tersebut didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi No. 15 Tahun 2016 tentang Ruang Terbuka Hijau dan Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi No. 1 Tahun 2017 tentang Kenyamanan dan Ketertiban Umum. Selain itu, ada pula perahu yakni perahu bebek yang bisa disewa para wisatawan untuk berkeliling di kawasan kali mati taman candi.

Taman Dungus merupakan taman terbuka hijau dimana terdapat patung petani dengan dua kerbau setinggi 7 meter di tengah taman dan dikelilingi air mancur. Patung tersebut mempunyai arti Ngawi sebagai salah satu lumbung padi di Indonesia dengan masyarakat didominasi bermata pencaharian sebagai petani.

Meski Kota Ngawi tidak dilintasi oleh jalur rel kereta api jalur selatan Jawa, namun Ngawi juga punya terminal yang juga digunakan sebagai tempat naik-turunnya penumpang yang akan bepergian dari maupun ke Kecamatan Ngawi Kota. Terminal Kertonegoro juga merupakan satu-satunya terminal yang ada di wilayah Kota Ngawi, sehingga dengan adanya sarana pendukung seperti terminal ini bakal memudahkan calon penumpang untuk mencari bus yang akan ditunggangi agar dapat mencapai tujuannya masing-masing. Berikut beberapa jenis moda transportasi umum yang tersedia di Terminal Kertonegoro, diantaranya:

Taman candi adalah sebuah taman wisata dan bermain yang terletak dekat kali mati atau lekukan dari Bengawan Madiun yang berwujud danau kecil. Taman ini terletak di Dusun Candi, Desa Kartoharjo.

Kecamatan Ngawi kota juga memiliki wahana wisata yang lain. Salah satunya adalah Kerek Bukit Indah yang terletak di wilayah dusun Napel, desa Kerek. Meskipun letak objek wisata ini di pinggiran kota dekat perbatasan, namun wisata ini juga dapat menjadi sebuah rujukan atau destinasi wisata alam yang ada di wilayah Kecamatan Ngawi kota.