Konsultan Pengawas konstruksi di Sumenep

Cari & temukan Konsultan Pengawas konstruksi terbaik & terpercaya di Sumenep
FILTER BY

Tour Type

Duration

Data tidak ditemukan

Konsultan Pengawas konstruksi di Sumenep

Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi di Sumenep merupakan sebuah jasa yang menawarkan usaha jasa konstruksi rumah yang terletak di Sumenep Indonesia. Sumenep juga merupakan kota metropolitan yang sangat ramai penduduknya. Jika bicara tentang Sumenep, tentu tidak terlepas dari bayangan infrastruktur – infrastruktur yang mumpuni yang ada di Sumenep. Tentu saja infrastruktur tersebut ada dengan campur tangan para kontraktor yang telah melaksanakan pembangunannya. Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Sumenep tidak jauh beda dengan kontraktor yang berasal dari daerah lain. Kontraktor merupakan pelaksana konstruksi baik pembangunan baru maupun renovasi dari yang lama. Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Sumenep ini bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan Jasa Konsultan Pengawas konstruksi sesuai dengan kesepakatan kontrak dengan pihak pemberi kerja. Di Sumenep ada banyak sekali kontraktor yang tersebar di beberapa wilayah di Sumenep. di atas adalah daftar Perusahaan Konsultan Pengawas konstruksi Sumenep (terutama kontraktor sipil) yang bisa menjadi rekomendasi terbaik

Cari juga di kota-kota di Sumenep:

Kota Sumenep (Hanacaraka: ꦏꦺꦴꦠꦱꦸꦩꦼꦤꦼꦥ꧀, Pegon: كَوتا سومۤنۤڤ, Braille: ⠅⠕⠞⠁⠀⠎⠥⠍⠑⠝⠑⠏, transkripsi fonetik; ) adalah nama ibu kota Kabupaten Sumenep yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian bagi Kabupaten Sumenep. Kota Sumenep juga merupakan sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura.

Selain bahasa resmi nasional bahasa Indonesia, bahasa yang banyak digunakan di tempat ini adalah bahasa Madura, dan juga beberapa penutur bahasa Jawa. Bahasa Madura terbagi menjadi dialek kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, dan Situbondo. Dalam pemakaiannya, bahasa Madura juga mengenal tiga tingkatan yaitu Enja’iya (bahasa kasar), Enghi-enten (bahasa tengahan), dan Enghi-bhunten (bahasa halus).

Secara umum kondisi geografi kecamatan kota Sumenep berada pada dataran rendah. Luas wilayah Kecamatan Kota Sumenep adalah 27,83 km2. Kecamatan Kota Sumenep berbatasan dengan Kecamatan Manding di sebelah utara. Di sebelah timur, Kecamatan Kota Sumenep berbatasan dengan Kecamatan Gapura dan Kecamatan Kalianget. Sementara di sebelah selatan dan barat, Kecamatan Kota Sumenep berbatasan dengan Kecamatan Batuan.

Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Sumenep sebanyak 75.515 jiwa, dengan kepadatan 2.693 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Sumenep berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 98,66%, kemudian Kekristenan 1,18% dimana Katolik 0,61% dan Protestan 0,57%. Sebagian lagi menganut Buddha yakni 0,14%, kemudian Hindu 0,01% dan Konghucu 0,01%.

Di kota ini terdapat beberapa bangunan bersejarah yang erat hubungannya dengan Karaton (Kerajaan) Sumenep pada masa lampau, antara lain: Asta Tinggi Sumenep (makam raja-raja dan keluarganya), Keraton Sumenep (istana, saat ini terletak di kompleks kediaman resmi Bupati Sumenep), Benteng Kalimo'ok (saat ini hanya tersisa pagarnya), Taman Sare (dahulu kolam pemandian di kompleks istana, saat ini terbuka untuk umum). Pada tanggal 29 Juni 2004, bagian dari Kecamatan Kota Sumenep dimekarkan menjadi kecamatan tersendiri, yakni Kecamatan Batuan.

Penduduk asli atau suku yang mendiami pulau Madura, termasuk di Kabupaten Sumenep adalah suku Madura, demikian juga di kecamatan Sumenep. Meski demikian, penduduk dari suku lain juga ada yang tinggal di kecamatan ini, termasuk suku Jawa, kemudian suku Bawean, Tengger, Osing, Samin, dan beberapa suku lainnya juga beberapa tinggal di sini.

Sementara bahasa Jawa di Jawa Timur, bukan bahasa Jawa baku karena dalam pergaulan sehari-hari umumnya menggunakan bahasa Jawa kasar (Ngoko). Bahasa Jawa resmi dibedakan atas tiga tingkatan pemakaian bahasa, yaitu ngoko, madya, dan Krami (Krama). Bahasa ngoko dipakai untuk orang yang sudah saling kenal dan akrab, juga kepada orang lain yang lebih muda usianya maupun lebih rendah derajat sosialnya (Ngoko Lugu dan Ngoko Ngandap). Bahasa Krami digunakan untuk berbicara dengan orang yang belum akrab, atau lebih tua, dan memiliki status sosial lebih tinggi. Kemudian bahasa Madya muncul sebagai variasi pemakaian antara bahasa Ngoko dan Krami.