Untuk menjadi tukang tidak perlu sekolah teknik sipil, mengerti cara mendesain tulangan, desain fondasi, jungkir balik belajar mekanika tanah, belajar penjadwalan proyek dan sebagainya. Cukup punya ketrampilan dan dilatih saja. Karena tukang merupakan tenaga terampil. Sedangkan insinyur Sipil orang profesional yang bekerja pada hampir seluruh siklus hidup proyek, dari penyusunan ide, rencana hingga operasional maupun demolisi.

 

Banyak yang yang merasa wah tukang juga bisa bangun rumah tuh, tukang bisa tahu semennya berapa, ngira-ngira tulangan kolom praktis berapa. Semua tukang bisa melakukan hal tersebut. Rata-rata rumah-rumah di Indonesia secara garis besar tidak ada perencanaannya, tidak ada arsitek, tidak ada civil engineer. Karna sangat costly, apalagi rumah2 di kampung. Masyarakat indonesia sebagian besar masih terfokus besok makan apa. Jadi ketika gempa terjadi, tidak mengherankan dong kalau banyak bangunan yang roboh, rumah yang hancur, bahkan ketika gempa di sulawesi semua heboh dengan liquifaksi, orang sipil sudah jauh-jauh hari mengerti tentang liquifaksi. Fakta yang tak terelakan Indonesia berada pada ring of Fire (lingkaran cincin api), gempa akan selalu ada.

 

Tukang bisa mengerjakan ruko atau rumah 2 lantai, tapi resiko ya pemilik bangunan tanggung sendiri, ketika roboh jangan nangis. Disini perannya teknik sipil, bangunan perlu di desain lengkap dengan beban beban yang mungkin terjadi, beban gempa, angin, beban mati, hujan dan sebagaimana. Analisis ini yang tidak dapat di lakukan oleh seorang tukang. Seorang civil engineer berusaha menciptakan desain yang aman, nyaman dan melindungi jiwa penghuninya. Jadi wajar saja ada jasa ada harga. Orang kuliahnya aja belajar jungkir balik. FYI: Dokter kalau salah bedah hanya 1 orang yang mati, insinyur sipil salah desain ratusan orang yang mati.

 

Rasanya masih terlalu dangkal kalau menceritakan ilmu sipil hanya sebatas bangunan saja. Di teknik sipil sendiri bahkan ada 5 konsentrasi dan kelimanya dipelajari selama S1.

 

  1. Struktur (Jembatan, Gedung, dsb)
  2. Manajemen rekayasa konstruksi (Estimasi biaya. Penjadwalan, perencanaan dan pengendalian proyek, manajemen bisnis konstruksi)
  3. Geoteknik (Pondasi, dinding penahan tanah, soil improvement, dll)
  4. Pengelolaan Sumber Daya Air (Bendungan, irigasi, drainase, dll)
  5. Transportasi (manajemen lalu lintas, geometri jalan, perkerasan jalan dll)

Mungkin itu sekilas yang dapat saya jelaskan mengenai bidang kuliah saya ini.

 

Jadi disimpulkan bahwa tukang bisa mengerti tanpa belajar di bangku kuliah, karna terlatih dan meniru contoh yang sudah sudah, tapi mereka melakukannya tanpa analisis, dalam prosesnya mereka mencoba mengira ngira menggunakan pengalaman pekerjaan sebelumnya.