Beragam Jenis Campuran Pasir dan Semen Serta Fungsinya. Dalam dunia konstruksi, kita mengenal istilah campuran pasir dalam adukan material bangunan semen.
Adukan ini terdiri dari komposisi bahan bangunan semen, pasir, dan split (batu kerikil), tergantung dengan fungsi adukan tersebut. Karena fungsi yang berbeda-beda, maka komposisi campuran pasir dalam adukan tentunya berbeda pula. Berikut panduannya.
Campuran adukan bahan bangunan semen jenis ini terdiri dari dua macam, yaitu:
Campuran 1 : 4, untuk pemasangan dinding bata yang tertutup tanah, atau bak air agar tidak rembes. Campuran 1 : 6, untuk pemasangan dinding bata yang di atas tanah.
Untuk plesteran dinding, biasanya ada dua macam campuran, yaitu:
Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen 4 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada didalam tanah. Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen 6 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada diatas tanah.
Campuran untuk beton umumnya yang digunakan adalah 1 : 2 : 3 (semen : pasir : batu split). Akan tetapi untuk bangunan yang membutuhkan struktur khusus, maka campuran betonnya 1 : 1,5 : 2,5 (semen : pasir : batu split).
Apabila campuran pasir dengan bahan bangunan semen tidak sesuai, misalnya untuk pasangan bata trasraam (bata yang di dalam tanah) campurannya dirubah menjadi 5 atau 6 : 1, maka air dari dalam tanah akan meresap ke dalam dinding, sehingga permukaan dinding akan terlihat basah/lembab.
Jadi, untuk pekerjaan yang menggunakan plesteran, agar diperhatikan campuran pasir dengan bahan bangunan semennya. Komposisi campuran juga harus disesuaikan dengan fungsi dan jenis pekerjaannya.
Saat membuat campuran pasir dan semen pastikan memilih material yang berkualitas tinggi. Standar Nasional Indonesia mengenai bahan bangunan memiliki teori standar tersendiri untuk kualitas pasir atau agregat halus yang baik, diantaranya :
Jika anda ingin menggunakan semen, bagaimana anda mengetahui bahwa semen tersebut adalah semen yang baik? Berikut tips memilih perekat bahan bangunan semen yang baik :
1. Tidak menggumpal
Pekerat bahan bangunan semen yang baik secara fisik/kasat mata, tidak menggumpal. Semen yang telah lama disimpan bisa membentuk gumpalan yang akan hancur jika diremas dan lama-kelamaan mengeras(grit). Jika Anda melihat fisik semen seperti ini, ayak lah semen agar terpisah dengan bagian yang menggumpal, bagian yang tidak menggumpal dapat digunakan dalam campuran, sedangkan yang menggumpal jangan dipakai karena sudah bereaksi dengan uap air/kelembaban dan hanya akan menjadi bagian yang lemah pada plesteran/beton/acian.
2. Waktu mengeras
Terdapat dua waktu yang diukur dalam campuran material bahan bangunan semen, yaitu waktu ikat awal (setting time) dan waktu ikat akhir (final setting). Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, dimana waktu yang dibutuhkan selama proses ini ± 45 menit. Waktu ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi keras. Ukuran standar adukan semen untuk menjadi kering antara 6-7 jam. Anggapan bahwa semakin cepat waktu pengerasan campuran semen, semakin kuat mutu yang dihasilkan, bisa dikatakan tidak tepat. Faktanya, semakin cepat semen mengeras berarti semakin cepat laju reaksi hidrasinya. Reaksi hidrasi menghasilkan panas, sehingga suhu menjadi tinggi. Suhu yang tinggi akan menimbulkan retak pada beton/plesteran/acian sehingga kualitas dan kekuatan menurun.
3. Adukan lebih rapat dan rekat
Material bahan bangunan semen yang kaya akan mineral dan logam dapat membantu menghasilkan campuran yang padat. Unsur yang berperan dalam menentukan sifat lekat adalah C3S. Daya lekat yang baik antara pasta semen dengan agregat menghasilkan campuran bahan bangunan yang padat dan terbaik. Campuran yang padat menghasilkan bahan bangunan beton/plester/acian yang berkualitas.
4. Kemasan tertutup sempurna
Kualitas pekerat bahan bangunan semen akan terjaga jika kemasannya juga terjaga, dalam artian tertutup rapat, tidak basah, dan tidak terdapat bekas tambalan. Sebelum membeli, cek kertas pembungkus semen masih tersegel rapat atau tidak.
5. Berlogo SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sebelum memilih pekerat bahan bangunan semen, pastikan terlebih dahulu sertifikat yang telah diraih oleh merek tersebut. Bisa berupa logo SNI atau yang telah bersertifikasi internasional. Untuk Semen Tiga Roda telah diproduksi mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Amerika (ASTM) dan Standar Eropa (EN).